Namun, jika Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar baru mengumumkan pasangan mereka di akhir masa pendaftaran, para tokoh ini tentu tidak akan punya cukup waktu untuk membangun koalisi dan strategi kampanye jika mereka memutuskan untuk maju sendiri.
Akibatnya, para tokoh potensial ini bisa berubah menjadi lawan politik di masa Pilkada, karena merasa dikesampingkan atau diperlakukan tidak adil.
Alih-alih mendukung, mereka mungkin akan membentuk aliansi sendiri atau bergabung dengan lawan Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar, memperkuat oposisi dan melemahkan posisi kedua tokoh ini.
Ini bisa menjadi bumerang yang berbahaya bagi Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar.
Jika ketidakpastian ini berlanjut hingga akhir masa pendaftaran di KPU, Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar bisa menghadapi risiko menjadi “jomblo” politik – tidak memiliki pasangan calon dan, dengan demikian, tidak memenuhi syarat untuk mendaftar sebagai peserta Pilkada.
Ini akan menjadi kegagalan besar dan bisa mengakhiri karir politik mereka.
Keadaan ini akan menjadi drama politik yang memalukan dan mengecewakan bagi pendukung mereka.
Publik Pessel yang telah menaruh harapan pada kedua tokoh ini akan merasa dikhianati.
Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar akan kehilangan kepercayaan dan dukungan, yang bisa berakibat jangka panjang pada karir politik mereka.
Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar kini berada pada momen penentuan. Mereka harus segera mengakhiri ketidakpastian ini dengan mengambil keputusan yang tegas dan jelas mengenai siapa yang akan menjadi pasangan mereka.
Proses penjajakan dan negosiasi harus dipercepat dan difokuskan untuk menemukan pasangan yang tepat.
Langkah ini memerlukan keberanian dan ketegasan.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya