Rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan berjumlah dua buah, yakni: Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Muhammad Zein dan RSUD Pratama Tapan. Satu diantara dua rumah sakit itu salah dalam hal penamaan. Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan pada penamaan RSUD Dr. Muhammad Zein.
Setidaknya ada dua kesalahan dari penamaan rumah sakit itu, yaitu: kesalahan nama tokoh dan gelar. Penamaan rumah sakit itu dengan Dr. Muhammad Zein adalah bentuk penghormatan Pemkab Pessel kepada dokter pribumi pertama Pesisir Selatan itu. Tetapi, penamaan itu tak sesuai dengan nama tokoh yang dimaksud.
Dokter pribumi pertama di Pesisir Selatan berasal dari Tarusan dengan nama dr. Mohammad Zen bukan Dr Muhammad Zein. Pihak keluarga Mohammad Zen telah berulang kali melayangkan protes kepada Pemkab. Namun, tidak ada tindaklanjut dari Pemkab untuk memperbaikinya.
Mohammad Zen lahir di Tarusan, antara 28-29 April 1896. Kepastian namanya Mohammad Zen bukan Muhammad Zein bisa dilihat dari nama anaknya. Mohammad Zen memberi nama semua anak laki-lakinya dengan nama depan Mohammad dan nama belakang Zen. Bahkan nama cucu dari anak laki-lakinya bernama belakang Zen. Hanya cucu dari anak perempuannya yang tidak bernama belakang Zen.
Kesalahan kedua pemkab adalah penulisan gelar Mohammad Zen yang keliru. Mohammad Zen hanya berprofesi sebagai dokter (dr.) bukan seorang yang menamatkan pendidikan S3 yang bergelar doktor (Dr.). Dimana dalam penulisan kata dokter yang benar adalah “dr” dengan huruf kecil sedangkan “Dr” dengan d huruf kapital adalah acuan ke gelar doktor. Seorang dokter bisa saja bergelar doktor bila berpendidikan S3, tetapi Mohammad Zen hanya berprofesi sebagai dokter.
Gelar dokter baru bisa ditulis dengan d huruf kapital apabila gelar tersebut terletak di awal suatu kalimat. Mengingat cara penulisan yang benar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia mengharuskan huruf pertama di awal setiap kalimat berupa huruf kapital, maka penulisan dr diubah menjadi Dr. Sementara itu, nama rumah sakit tersebut tidak terletak pada awal kalimat. Maka seharusnya, dr tetap ditulis dr bukan Dr. Sementara itu, nama rumah sakit tersebut tidak terletak pada awal kalimat. Maka seharusnya, dr tetap ditulis dr bukan Dr.
Mohammad Zen menamatkan sekolah kedokteran di School Tot Opleiding Van Inlansche Arpsen (STOVIA) atau sekarang dikenal dengan Universitas Indonesia. Setelah itu, ia bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Bangko, kemudian pindah ke Sawahlunto hingga akhir hayatnya.
Pemerintah kabupaten Pessel selain memberikan penghormatan kepada dr Mohammad Zen berupa pemberian nama rumah sakit juga menamai jalan utama di Painan dengan nama beliau yaitu Jalan Moh. Zein. Akan tetapi, lagi-lagi nama tersebut salah. Terlebih nama belakang tokoh yang dimaksud.
Kesalahan penulisan dan penyebutan nama bukan saja terjadi pada nama dr. Mohammad Zen tetapi juga pada anaknya, Mohammad Zaini Zen. Mohammad Zaini Zen merupakan seorang militer yang menjabat sebagai bupati Pesisir Selatan medio 60-an.
Kesalahan penulisan nama Mohammad Zaini Zen terdapat pada Gelanggang Olahraga (GOR) yang beralamat di Jalan Sutan Syahrir no. 111. Dimana GOR tersebut bernama Zaini Zein bukan Mohammad Zaini Zen sebagaimana seharusnya.
Pihak keluarga beranggapan pemkab tidak sepenuh hati dalam menghargai kedua tokoh tersebut. Kesalahan tersebut seperti disengaja untuk mengaburkan sejarah. Lantaran keluarga ini pernah berselisih dengan pemerintahan yang jauh terdahulu.