Tan Malaka : ” Boedi Oetomo Organisasi Pemalas”

Rabu, 15 Januari 2020 - 21:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tan Malaka didalam buku “Aksi Massa” mengatakan, bahwa Budi Utomo  adalah sebuah partai yang semalas-malasnya di antara segenap partai-partai borjuis di Indonesia.

Organisasi  yang didirikan pada tahun 1908 itu diibaratkan oleh Tan Malaka seperti seekor binatang pemalas, ia merana sombong karena umurnya panjang. Dikatakannya dari dulu sampai sekarang, kaum Budi Utomo menghabiskan waktu dengan memanggil-manggil arwah yang telah lama meninggal dunia. Borobudur yang kolot,wayang dan gamelan yang merana, semua basil “kebudayaan perbudakan” ditambah dan digembar-gemborkan oleh mereka siang malam.

 Di luar hal-hal gaib tersebut, menurut Tan Malaka hal yang paling banter yang dibicarakan hanya soal-soal yang tak berbahaya. Tan Malaka berpandangan di dalam Kongres Budi Utomo yang berkali-kali itu, hanya membicarakan tentang kebudayaan dan seni Jawa . Soal yang penting, yaitu mengenai kehidupan rakyat di Jawa, jangan dikata lagi di seluruh
Indonesia tak pernah disentuh, apalagi diperbincangkan.

ADVERTISEMENT

space kosong

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, Tan Malaka berpandangan, Panjangnya umur Budi Utomo sebagian besard dari “mantera-mantera” pemimpinnya, dari hasil “main mata” dengan pemerintah dan dari hasil kelemahan teman seperjuangannya.

Budi Utomo,tulis Tan, tidak menumbuhkan cita-cita “kebangsaan Indonesia”. Fantasi akan  “Jawa-Raya”, yakni bayangan hidup Hindu atau setengah Hindu terhadap bangsa sejati, langsung atau tidak, menyebabkan timbulnya keinginan akan Sumatera Raya, Pasundan Raya atau Ambon Raya dan lain-lain. Budi Utomo yang mengangkat kembali senjata-senjata Hindu-Jawa yang berkarat dan sudah lama dilupakan itu, sungguh tidak taktis dan jauh dari pendirian nasionalis umum. Perbuatan Budi Utomo  menimbulkan kecurigaan golongan lain yang mencita-citakan persaudaraan dan kerja sama antara penduduk di seluruh
Indonesia (bukan antara penjajah satu terhadap Iainnya).

 Dengan jalan sedemikian, lanjutnya, Budi Utomo menimbulkan gerakan ke daerah
yang bila perlu (misalnya Budi Utomo kuat), dengan mudah dapat dipergunakan imperialisme Belanda. Dengan keadaan
seperti ini, keinginan “luhur” yang satu dapat diadu dengan yang lain, yang akibatnya sangat memilukan, Indonesia tetap jadi negeri budak.

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dewa Yunani Mulai Menyerang Ranah Minang
Pasca Banjir Besar Maret 2024, Sektor Pertanian dan Peternakan di Lengayang Kian Terpuruk
Koperasi Bagi Hasil: Solusi Ekonomi Syari’ah untuk Kesejahteraan Masyarakat Nagari
Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar Masih Gamang Menentukan Wakil, Akankah “Jomblo” Hingga Akhir?
Jangan Sampai Negeri Sejuta Pesona Menjadi Sejuta Narkoba
Pilkada Pessel 2024 Diprediksi Menjadi Pertarungan Sengit Antara Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar
Peluang Ali Tanjung di Pilkada Pessel 2024, Bisakah Visi Pesisir Selatan Damai dan Sejahtera Menggaet Hati Masyarakat?
Tantangan Pendatang Baru dalam Pilkada Pessel 2024: Memahami, Mengatasi, dan Mewujudkan Peluang

Berita Terkait

Jumat, 2 Agustus 2024 - 12:01 WIB

Dewa Yunani Mulai Menyerang Ranah Minang

Rabu, 31 Juli 2024 - 19:07 WIB

Pasca Banjir Besar Maret 2024, Sektor Pertanian dan Peternakan di Lengayang Kian Terpuruk

Rabu, 31 Juli 2024 - 17:33 WIB

Koperasi Bagi Hasil: Solusi Ekonomi Syari’ah untuk Kesejahteraan Masyarakat Nagari

Jumat, 12 Juli 2024 - 10:49 WIB

Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar Masih Gamang Menentukan Wakil, Akankah “Jomblo” Hingga Akhir?

Minggu, 7 Juli 2024 - 21:23 WIB

Jangan Sampai Negeri Sejuta Pesona Menjadi Sejuta Narkoba

Berita Terbaru