Setelah merdeka pada paruh abad 20 bangsa Indonesia mulai dihadapkan dengan berbagai persoalan besar. Derita akibat penjajahan masih dirasakan sakit oleh anak bangsa yang mendiami bumi khatulistiwa Ini . Suasana politik yang masih labil, persoalan polemik ideologi berbangsa dan bernegara yang masih panas, ekonomi dan budaya dan semua aspek kehidupan berbangsa sangat membutuhkan pembenahan .
Penjajahan memang sangat kejam karena menempat bangsa terjajah pada derajat yang rendah. Rakyat terjajah diperlakukan sebagai sub-human, tidak sebagaimana manusia sepenuhnya. Sebagaimana dikemukakan oleh A. Syafii Ma’arif , imperialisme menampakkan berbagai bentuk seperti militer,politik,ekonomi dan kultural, dengan watak utamanya dominasi dan eksploitasi oleh suatu bangsa atas bangsa lain .
Sampai abad 21 ini, walaupun dominasi militer bangsa lain terhadap Indonesia sudah hilang namun dominasi ekonomi sosial budaya dan lainnya masih terasa meremas dan mengacak-acak kehidupan berbangsa. Sehingga jati diri bangsa betul-betul diuji padahal bangsa yang benar-benar merdeka adalah bangsa yang berdaulat lahir dan batin kedalam dan keluar.
Dalam masalah budaya, jati diri kita sebagai bangsa sedang menghadapi gelombang peradaban materialistik, sekularistik, hedonistik bahkan ateistik. Pengalaman pahit di masa penjajahan berabad-abad menyebabkan anak-anak bangsa ini sulit untuk bangkit percaya diri, berdiri diatas kaki sendiri kemudian membingkai peradaban dan kebudayaan yang bermartabat. Korupsi manipulasi, mementingkan diri sendiri seolah-olah sudah menjadi budaya bangsa ini. Kasus contek massal yang diinstruksikan oleh guru-guru kepada anak-anak didiknya yang terjadi pada Juni 2011 di salah satu SD di Surabaya, merupakan cerminan kebobrokan budaya bangsa ini. Kalau bangsa ini mau jujur, diperkirakan kasus itu hampir terjadi pada semua daerah di Indonesia walaupun data akurat nya tidak ada. Bukankah pendidikan adalah pilar utama membangun bangsa yang memiliki peran ganda? Pendidikan merupakan produk dari budaya sekaligus sebagai wadah pembentuk dan melahirkan kebudayaan.