Mengenal Jenis Perang ala Bapak Republik

Rabu, 29 Januari 2020 - 11:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dari dahulu hingga sekarang manusia tidak lepas yang namanya dari peperangan. Bahkan untuk menginginkan perdamaian maka manusia harus siap untuk berperang. Sepertinya jalan untuk berdamai harus dilalui dengan berperang.
Ada pribahasa yang terkenal tentang keinginan untuk keadaan damai yang harus diciptakan melalui peperangan ini. Si vis pacem, para bellum (Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang). Pribahasa ini terkenal setelah salah satu kandidat calon presiden pada kontestasi pilpres 2019 yang lalu melontarkan pribahasa ini .
Pribahasa ini diyakini dikutip dari penulis militer Romawi Publius Flavius Vegetius Renatus: Igitur qui desiderat pacem, praeparet bellum. Seperti dilansir dari mediaoposisi.com, Rabu (29/01/2029). Ide pokok perkataan ini sudah ditemukan pada Undang-undang VIII (Νόμοι 4) Plato 347 SM dan Epaminondas 5 Cornelius Nepos. Kemudian muncul dari perkataan Flavius Vegetius Renatus sekitar tahun 400 M di dalam kata pengantar De re militari:
Qui desiderat pacem, bellum praeparat“
(Siapa menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang).
Berbicara tentang perperangan, Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul “GERPOLEK (Gerilya – Politik – Ekonomi) ,juga membahas jenis-jenis perang. Dalam bukunya tersebut, ditulis oleh Tan bahwa perang ada dua jenis . Kedua jenis Perang tersebut dipisahkan berdasarkan pertentangan yang nyata, karena bagian yang satu dengan yang satunya lagi tidak tutup-menutupi, melainkan benar-benar terpisah.
Kedua jenis Perang tersebut adalah Perang Penindasan dan Perang Kemerdekaan. Perang penindasan menurut Tan adalah perang yang dibuat oleh satu negara ceroboh terhadap negara lain dengan maksud menindas negara lain itu sedangkan perang kemerdekaan baginya adalah perang yang dibuat suatu negara yang diserang untuk mengalahkan diri dari serangan, atau untuk membebaskan diri dari pemerasan dan penindasan.
Perang penindasan yang dilakukan pada zaman kapitalisme maka akan disebut oleh Tan sebagai Perang Imperialisme. Baginya ada tiga hasrat yang menyebabkan terjadinya perang tersebut, yaitu;
1. Untuk merebut bahan pabrik serta makanan dari negara yang hendak ditaklukkan
2. Untuk merebut pasar negara takluk  atau negara jajahan buat menjual barang pabrik negara menang atau negara jajahan.
3. Untuk menanamkan modal kaum penjajah dalam kebun, tambang, pabrik, pengangkutan, perdagangan serta Bank Asuransi di jajahan yang dikuasainya.
Tan berpandangan bahwa ketiga hasrat tersebut membuat bertambah kayanya kaum kapitalisme di negara jajahannya, akan tetapi bagi negara yang terjajah menyebabkan bertambah miskin, melarat dan bodoh rakyat jajahan itu.
Disisi lain, karena adanya penindasan tersebut maka menimbulkan untuk merdeka supaya terbebas dari penindasan itu. Gerakan untuk merdeka inilah pada satu waktu akan melahirkan perang kemerdekaan. Perang Kemerdekaan atau perang jenis kedua yang meletus karena akibat dari perang pertama atau perang penindasan.
Perang Kemerdekaan sendiri, menurut Tan ada dua golongannya, yaitu:
1. Perang yang dilakukan odlh Penduduk jajahan melawan negara jajay guna melepaskan belenggu yang dipasang oleh negara penjajah.
Perang ini sering disebut Perang Kemerdekaan Nasional. Dicontohkan oleh Tan , perang ini adalah  Perang Kemerdekaan Nasional di Amerika Serikat. Namun bagi Tan, Perang ini tidak melibatkan antara bangsa yang berlainan tetapi diantara satu bangsa, yakni Anglo-Saxon.
2. Perang dalam suatu Negara yang melawan kelas lain diantara sesama bangsa dan dalam satu negara. Perang ini sering disebut sebagai perang saudara atau perang sosial. Perang ini mempunyai dua corak , yaitu bercorak borjouis yang terjadi di Perancis antara tahun 1789-1848, perang ini mempertemukan kaum borjouis melawan kaum feodal dan pendeta. Hasil akhirnya kemenangan berhasil diraih oleh kaum borjouis.
Corak yang kedua adalah proletaris. Perang ini menghancurkan kaum feodal, kaum pendeta dan juga borjouis. Contohnya pun masih sama yaitu di Perancis . Kaum Proletar kota Paris berhasil merebut dan memegang kekuasaan di Paris selama 72 hari.

Berita Terkait

Ini Trend yang Dipatahkan Hendrajoni Jika Kembali Maju di Pilkada Pessel 2024
Akankah Hendrajoni Maju dan Menang pada Pilkada Pesisir Selatan 2024?
Kata Kebudayaan dan Budaya tidak Ditemukan dalam Kamus Bahasa Minangkabau
Di Balik Isu Penculikan Anak
Kemerdekaan Belum Sampai ke Langgai
Padang Panjang atau Padangpanjang? Ini Penulisan yang Benar Menurut Pengamat Bahasa
LKAAM Pesisir Selatan yang Pasang Badan dalam Persoalan KAN Tambang
Keteladanan dalam Kegelapan | Alirman Sori
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 27 Februari 2024 - 16:44 WIB

Ini Trend yang Dipatahkan Hendrajoni Jika Kembali Maju di Pilkada Pessel 2024

Rabu, 14 Juni 2023 - 18:28 WIB

Akankah Hendrajoni Maju dan Menang pada Pilkada Pesisir Selatan 2024?

Sabtu, 6 Mei 2023 - 08:10 WIB

Kata Kebudayaan dan Budaya tidak Ditemukan dalam Kamus Bahasa Minangkabau

Sabtu, 4 Februari 2023 - 00:34 WIB

Di Balik Isu Penculikan Anak

Rabu, 17 Agustus 2022 - 06:33 WIB

Kemerdekaan Belum Sampai ke Langgai

Kamis, 4 Agustus 2022 - 12:57 WIB

Padang Panjang atau Padangpanjang? Ini Penulisan yang Benar Menurut Pengamat Bahasa

Rabu, 22 Juni 2022 - 20:49 WIB

LKAAM Pesisir Selatan yang Pasang Badan dalam Persoalan KAN Tambang

Selasa, 5 April 2022 - 09:53 WIB

Keteladanan dalam Kegelapan | Alirman Sori

Berita Terbaru