Ikan mungkuih merupakan ikan yang hidup dengan memakan lumut yang menempel di batu ini memiliki sejenis cupak di atas perut pertengahan insang kiri dan kanan. Daya tempelnya kuat sekali. Saking kuatnya daya tempel di atas batu, ikan ini mampu merayap di air terjun.
Kecamatan Ranah Pesisir merupakan daerah yang menjadikan Mungkuih sebagai ciri khasnya bahkan untuk itu pemerintah setempat mendirikan tugu ikan mungkuih di tengah pusat kota. Mungkuih didaerah ini, memiliki kegurihan yang pas, tidak keras dan tidak lunak juga bila dimasak. Mungkuih di Ranah Pesisir hidup di Batang Pelangai Kaciak dan Batang Pelangai Gadang. Mungkuih yang hidup di Batang Pelangai Kaciak merupakan mungkuih yang berukuran kecil sedangkan di Batang Pelangai Gadang merupakan mungkuih dengan ukuran besar dan ideal untuk di masak.
Namun, Akhir-akhir ini banyak masyarakat berpendapat bahwa mungkuih sudah jarang ditemukan di Kec. Ranah Pesisir. Diduga hal ini karena aktivitas pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ( PTLMH) di Hulu Batang Pelangai Gadang. Ditengarai Aktivitas ini membuat air Batang Pelangai Gadang keruh sehingga merusak Habitat mungkuih itu sendiri.
Apalagi Saat rapat Hearing Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Komisi II Kabupaten Pesisir Selatan, dengan PT Dempo Sumber Energi yang beroperasi di Pelangai Gadang, Kecamatan Ranah Pesisir, pada Rabu (15/1/2020) di Ruang Rapat Paripurna DPRD setempat.
PT Dempo Sumber Energi yang hadir diwakili oleh Fadlan, tidak bisa membeberkan izin-izin perusahaan Dempo yang sedang bekerja di Kecamatan Ranah Pesisir. Terutama terkait, galian C dan Stone Crusher, seperti dikutip dari covesia.com membuat masyarakat memperkuat dugaannya.
Banyak literatur mengatakan bahwa Ikan ini hanya mau hidup di sungai yang airnya hernih , apabila air sungai itu tercemar oleh limbah manusia (tinja) di luar ambang batas toleransi dunia mungkuih, apalagi oleh limbah beracun, maka, mungkuih ini akan menghilang dari sungai itu.
Banyak masyarakat berpendapat apabila sungai pelangai gadang airnya keruh adalah akibat aktivitas pertambangan oleh PT Dempo, walaupun belum ada studi yang membuktikan kebenaran hal tersebut tetapi masyarakat setempat berasumsi bahwa karena aktivitas PT Dempo lah hal ini terjadi. Masyarakat setempat merasa khawatir bila nantinya mungkuih di Ranah Pesisir hanya akan tinggal nama. Hanya dongeng pengantar tidur, bahwa di Ranah Pesisir pernah hidup ikan yang bernama mungkuih seperti tugu yang berdiri kokoh ditengah Balai Salasa.
Ikan yang ada ruang kenangan setiap lidah orang kampung. Karena sekali saja mencicipi cita rasa ikan ini, maka rasanya akan selalu menempel dalam kenangan sepanjang hayat. Ada kerinduan jika lama tak mencicipi ikan ini. Rasanya bikin untuk memakannya kembali, dagingnya yang putih, kenyal dan gurih, bau amisnya yang khas.
Penulis akan berusaha memaparkan beberapa daerah yang ikan mungkuih ini musnah akibat tercemarnya air sungai. Di Desa Margasakti, Kecamatan Padang Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, adalah contohnya. Dahulu di-era 1980-an, banyak mungkus hidup di daerah ini karena kala itu airnya masih relatif bersih. Belakangan, era 1990-an ke atas, ketika airnya mulai kotor karena limbah manusia (tinja, diterjen, dll) mungkus pun lenyap tak tau rimbanya.
Sungai-sungai di pinggiran Kota Padang. Menurut cerita orang tua dahulu di sini masih banyak ikan mungkuih. Belakangan ketika sungai ini sudah kotor ikan mungkuih pun tak tampak lagi. Masih ditemui itupun di bagian hulu sungai Lubuk Minturun, Padang, dan beberapa sungai lain, namun populasinya makin berkurang karena ditangkap dengan alat setrum listrik.
Sebenarnya terlalu dini bila berasumsi PT Dempo penyebabnya utamanya, ditambah lagi bahwa karena limbah manusia bisa juga jadi penyebabnya. Walaupun demikian bisa jadi juga PT Dempo memang penyebab utamanya, tetapi sekali lagi hal itu harus dibuktikan dengan penelitian ilmiah untuk menarik kesimpulannya.
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow