Politisi Tidak Boleh Salah, Termasuk Hendrajoni

Sabtu, 29 Februari 2020 - 18:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy


Entah kesalahan entah tidak, ajakan Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni agar generasi muda tidak menghindari narkoba telah membuat heboh masyarakat. Setidaknya masyarakat yang berada di lokasi menjadi ribut mendengar ucapan bupati yang seperti itu.

Baca juga: Video Hendrajoni Mengajak Generasi Muda Jangan Hindari Narkoba Mendadak Viral


Didunia Maya respon masyarakat lebih reaktif lagi. Ada yang mengatakan itu dampak dari masuk kolam, ada juga yang mengatakan itu kekhilafan, dsb.

Nonton Juga:


Tapi saya sepakat itu adalah sebuah kesalahan dari sang petahana. Kalaupun memang itu sebenarnya yang ingin disampaikan, sungguh terlalu sekali ia memberi arahan kepada generasi muda. Tak pantas seseorang pemimpin berucap demikian. Tak bermoral.

Baca juga: Kalau Sekedar Slogan, Mengapa Hendrajoni tidak Memakai Slogan ‘Hancur’?

Tapi daripada berdalih itu sebuah kesalahan, saya ingin memberi saran kepada orang yang mengatakan bahwa Hendrajoni itu salah ucap. Alangkah lebih baiknya dalihnya begini: bapak itu saking semangatnya melihat generasi muda yang banyak melakukan kegiatan positif seperti bola pantai ini, jadinya berbicara menggebu-gebu. Sebenarnya ucapan bapak itu “Jangan, hindari narkoba.” Tapi karena bicara agak tergesa-gesa maka terdengar tanpa koma, “Jangan hindari narkoba.” Lihatlah baik-baik, bapak tidak menyadari ucapannya, kalau bapak menyadari tentu dia akan meralat ucapannya, dan akan berkata, “saya ralat, hindari narkoba,ya”. Itu karna semangatnya.

Tapi sayangnya tak ada satupun, baik relawan ataupun Humas Pemda Pessel mengklarifikasi demikian. Ditambah tidak diingatkan oleh ajudannya atau orang terdekat ketika Hendrajoni salah ucap, entah mereka itu sadar atau tidak bahwa Hendrajoni melakukan kesalahan atau bisa jadi Sang Bupati itu pemarah, seperti yang diberitakan oleh Orang-orang, mudahan saja tidak. Dilihat dari relawannya (atau sejenisnya) membela Hendrajoni dengan berasumsi ” Hendrajoni itu juga manusia jadi wajar berbuat salah, tidak mungkin bupati menyarankan masyarakatnya untuk memakai narkoba”. Saya setuju Hendrajoni itu manusia, emang selama ini dia itu apa? Dewa?. Jika dipandang Hendrajoni sebagai manusia kita memaklumi kesalahan itu adalah hal yang biasa, akan tetapi dipandang sebagai Politisi kita tidak bisa memaklumi hal yang demikian. Apalagi itu dilakukan ditengah tren politisi/pejabat yang melakukan kesalahan baik kesalahan ketik, tulis, input, maupun berbicara plus semakin dekatnya Pemilukada. Itu adalah blunder. Masyarakat tentu akan memilih orang yang paling sedikit salahnya. 

Rumusannya bisa begini: “Politisi boleh bohong tapi tidak boleh salah, ilmuwan tidak boleh bohong tapi boleh salah”. Inilah sebabnya mengapa seorang profesor dan ulama tidak “mudah” mengikuti logika politik. Benar salah dalam dunia politik adalah ukuran. 

Kesalahan yang dilakukan politisi tentu akan berdampak pada dirinya, termasuk Hendrajoni. Apa dampaknya? Bisa saja simpati masyarakat kepadanya semakin berkurang bahkan hilang. Apalagi mindset yang dibangun adalah “Hebat”. Orang tidak peduli apa kepanjangan dari itu semua. Bagi masyarakat Hebat itu diartikan sebagai terlampau atau amat sangat. Kata Hebat itu sendiri bisa dikonotasikan dalam artian positif maupun negatif.

Apabila kesalahan banyak dilakukan oleh Hendrajoni, maka kemungkinan besar masyarakat akan beranggapan “Apo nan hebat? Mangecek sajo Ndak luruih de“. Tentu hal yang semacam ini tidak diinginkan oleh Hendrajoni ataupun timnya mengingat ditengah kemajuan infrastruktur di Pessel yang katanya “Luar biasa”.

Kalau dampak kesalahan tadi itu hanya untuk karirnya tentu tidak terlalu bermasalah oleh masyarakat banyak. Tetapi apabila kesalahan itu berdampak pada masyarakat banyak, inilah yang ditakutkan. Oleh sebab itu seorang politisi tidak diperbolehkan untuk melakukan kesalahan. Ucapannya bagi sebagian orang adalah perintah dan pedoman.

Terakhir, sekedar saran supaya kesalahan yang sama tidak terulang untuk  kedua kali. Agar tidak sama dengan keledai yang masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali. Silahkan  bawa teks buat pedoman, dan teks itu sebelum dibacakan ke khalayak ramai, pahami dulu maknanya supaya jangan bertanya ketika dibaca didepan orang banyak. dan terakhir jangan terburu-buru dalam berpidato agar pesan yang di sampaikan menjadi jelas dan tak mengandung pengertian yang berbeda.

ADVERTISEMENT

space kosong

SCROLL TO RESUME CONTENT

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dewa Yunani Mulai Menyerang Ranah Minang
Pasca Banjir Besar Maret 2024, Sektor Pertanian dan Peternakan di Lengayang Kian Terpuruk
Koperasi Bagi Hasil: Solusi Ekonomi Syari’ah untuk Kesejahteraan Masyarakat Nagari
Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar Masih Gamang Menentukan Wakil, Akankah “Jomblo” Hingga Akhir?
Jangan Sampai Negeri Sejuta Pesona Menjadi Sejuta Narkoba
Pilkada Pessel 2024 Diprediksi Menjadi Pertarungan Sengit Antara Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar
Peluang Ali Tanjung di Pilkada Pessel 2024, Bisakah Visi Pesisir Selatan Damai dan Sejahtera Menggaet Hati Masyarakat?
Tantangan Pendatang Baru dalam Pilkada Pessel 2024: Memahami, Mengatasi, dan Mewujudkan Peluang

Berita Terkait

Jumat, 2 Agustus 2024 - 12:01 WIB

Dewa Yunani Mulai Menyerang Ranah Minang

Rabu, 31 Juli 2024 - 19:07 WIB

Pasca Banjir Besar Maret 2024, Sektor Pertanian dan Peternakan di Lengayang Kian Terpuruk

Rabu, 31 Juli 2024 - 17:33 WIB

Koperasi Bagi Hasil: Solusi Ekonomi Syari’ah untuk Kesejahteraan Masyarakat Nagari

Jumat, 12 Juli 2024 - 10:49 WIB

Hendrajoni dan Rusma Yul Anwar Masih Gamang Menentukan Wakil, Akankah “Jomblo” Hingga Akhir?

Minggu, 7 Juli 2024 - 21:23 WIB

Jangan Sampai Negeri Sejuta Pesona Menjadi Sejuta Narkoba

Berita Terbaru