Di waktu sekolah, mungkin pelajaran Kimia menjadi salah satu pelajaran yang dijauhi oleh banyak siswa, tetapi tidak sedikit yang menghargai pelajaran ini. Di bangku kuliah sendiri, Kimia merupakan jurusan yang banyak diminati, selain memiliki nilai prestise tinggi tetapi juga jurusan ini memiliki prospek kerja yang luas.
Setelah lulus kuliah dari jurusan kimia murni, predikat Sarjana Sains (S.Si) akan tercantum di belakang nama kita. Jurusan Kimia murni berada di bawah fakultas MIPA, bersama sederet ilmu eksak lain seperti Fisika, Biologi, dan Matematika.
Mendengar kata kimia, mungkin yang terbayang bagi kebanyakan orang adalah mata kuliah yang sulit, banyak rumus, dan diktat kuliah yang setebal bantal. Mahasiswanya terlihat keren dibalut jas laboratorium berwarna putih, lengkap dengan masker dan sarung tangan. Layaknya ilmuwan keren di film-film, mereka sibuk di lab mencampurkan beberapa larutan untuk meracik sesuatu.
Sekilas memang terkesan tampak sempurna ! Tapi tunggu dulu, mahasiswa jurusan kimia justru sering mendapat pertanyaan yang bernada sindiran yang jauh dari fakta sebenarnya.
Kadang ketika bertemu dengan sahabat lama ataupun kerabat pernah diajukan pertanyaan “Kamu di kampus diajarin bikin bom gak?”.
Mungkin pemahaman seperti ini muncul karena edukasi yang kurang tepat di tengah masyarakat. Bom atau bahan peledak memang dibuat dari campuran bahan-bahan kimia. Apalagi di televisi khususnya di sinetron atau film-film sering muncul tayangan laboratorium yang sampai menimbulkan ledakan atau asap.
Memang setiap mahasiswa atau lulusan kimia pasti tahu bagaimana cara membuat bahan peledak, bahkan di tahun pertama perkuliahan pun saya sudah diajarkan sedikit gambaran untuk membuat bahan peledak. Tapi bukan berarti kami berbakat jadi teroris ya! Itulah kenapa ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan budi pekerti yang baik.
Selain ditanya bisa buat bom, kadang anak kimia sering di kira ahli meracik boraks dan formalin. Sama rasanya seperti yang tadi,Selain diduga belajar bikin bom, anak kimia dikira ahli dalam meracik boraks dan formalin. Dua bahan pengawet ini sering disalahgunakan pada makanan. Padahal bisa menyebabkan reaksi berbahaya dalam metabolisme tubuh.
Formalin dan boraks memang merupakan bahan kimia yang mudah dijumpai di laboratorium penelitian kimia, terutama formalin. Tapi kami tidak diajarkan untuk menggunakan bahan tersebut sebagai pengawet makanan,melainkan sebagai pelarut saat ekstraksi atau proses lainnya.
Jadi kalau ditanya bisa meracik formalin atau tidak, jawabannya bisa. Tapi bukan untuk disalahgunakan sebagai campuran bahan makanan. Jangan salah paham lagi ya.
Pertanyaan selanjutnya yang sering dilontarkan adalah Bisa meracik obat gak?
Nama obat-obatan memang identik dengan istilah dalam kimia. Tapi bukan berarti kami merupakan ahlinya dalam meracik obat. Lulusan kimia memang bisa membuat obat, tapi bukan di apotek. Melainkan di industri farmasi sebagai tim quality control atau RnD (Research and Development). Mereka bertugas mengawasi proses pembuatan, mengusulkan formulasi baru, hingga menguji kualitas sebelum dipasarkan.
Pertanyaan yang sering diajukan berikutnya adalah “Kalau praktek di laboratorium sampai keluar asap-asapnya gitu?”
Jika ada yang beranggapan seperti ini sudah pasti korban film dan televisi. Dimana kegiatan di laboratorium kimia digambarkan mengerikan. Muncul asap, buih dari cairan yang mendidih, dan tim peneliti yang beratribut lengkap.
Kalau mengenai atribut yang lengkap itu memang benar dan wajib hukumnya . Setiap beraktivitas di laboratorium, semua orang dianjurkan menggunakan atribut lengkap. Jas labor, masker corong jika menggunakan bahan yang berbahaya, sarung tangan, dan alas kaki yang tertutup. Hal ini untuk mengantisipasi adanya kontak langsung dengan zat-zat kimia di sekitar.
Akan tetapi tidak semua kegiatan praktikum dan penelitian di lab sama seperti yang ditayangkan di televisi. Tidak selalu ada asap berbahaya atau perubahan warna yang mencolok pada setiap pelarutan yang kami lakukan. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di youtube macam-macam kegiatan praktikum yang dilakukan selama menempuh pendidikan di prodi ini yang ternyata tidak semuanya mengerikan seperti yang dikatakan oleh orang pada umumnya.
Selama ini banyak yang beranggapan ilmu kimia itu berbahaya. Namun tak selamanya begitu, penerapan ilmu kimia banyak memberi manfaat bagi kehidupan ini. Kita tidak akan tau bagaimana tingkat polusi udara yang terjadi jika penelitiannya tanpa menerapkan ilmu kimia, kita tidak akan paham bagaimana teknik pengolahan minyak kelapa yang benar.
Selama ini orang tua kita mengolah santan untuk mendapatkan minyak kelapa adalah dengan cara memanaskannya kemudian menyaring minyak dari ampasnya. Namun tahukah kamu, ternyata setelah dilakukan pemanasan struktur minyak akan rusak dan vitamin serta kandungan lain yang mestinya kita peroleh dari minyak kelapa hilang. Namun, berkat ilmu kimia kita bisa tahu itu semua.
Ilmu kimia memberi solusi bahwa untuk mendapatkan minyak tersebut kita cukup mendiamkan santan selama satu malam sambil membuang Air yang terpisah dengan lapisan lain dan minyak kelapa dengan sejuta manfaat sudah bisa kita peroleh kami menyebutnya dengan istilah VCO (Virgin coconut oil) yang merupakan minyak kelapa murni. Masih banyak lagi manfaat ilmu kimia dalam kehidupan ini, jadi jangan salah paham lagi ya.