Aroma Pilkada Ranah Bundo (red: Pesisir Selatan) sudah mulai tercium.Harapan besar masyarakat Ranah Bundo atas event 5 tahunan ini, lahirnya sebuah perubahan besar menuju kemakmuran, kesejahteraan yg merata.
Baca juga: Proses Pencarian Nelayan Berlanjut di hari kedua, Tim SAR Sisir Pulau Kiabak Ketek
Semua ini terletak di tangan masyarakat Ranah Bundo untuk menghindari Pilkada transaksi. Ranah Bundo ,Negeri sejuta pesona,Negeri yang mempunyai aset besar dengan sumberdaya Alamnya, ternyata belum mampu menghantarkan masyarakat nya menjadi makmur dan sejahterah,bahkan angka kemiskinan sangat tinggi.
Ada apa????
Kesempatan Pilkada ini TIDAK di lewati begitu saja oleh yang berminat bertarung dalam pesta demokrasi ini, untuk menjadi “Pejuang Rakyat” luar biasa.
Baca juga: Angka Partisipasi Kasar SD dan SMP Sederajat di Pessel Alami Penurunan, Ini Datanya!
Ternyata untuk menjadi “Pejuang Rakyat” tidak bisa dengan gratis, harus melalui tahapan, setoran partai, memberi bantuan ke masyarakat, agar masyarakat memilihnya dan membeli suara Rakyat. “Perjuangan Rakyat” yang memang sejati tidak akan mau melakukan hal yg seperti ini, karena Islam TIDAK mengajar kan sogok menyogok untuk jadi pemimpin.
Pertanyaannya ! mengapa kita tidak mencalonkan seorang pemimpin yang memang memiliki sosok seorang pemimpin? bukan tergantung apa yang diberikannya kepada masyarakat, berupa apapun bentuknya.
Apakah Ranah Bundo tidak punya sosok pemimpin sehingga di dominasi oleh yg ber-uang walaupun pun tidak berilmu untuk jadi pemimpin.
Rasulullah sudah berpesan “Jika suatu urusan diserahkan yang bukan kepada Ahlinya,tunggulah kehancuran nya” (HR. Bukhori).
Baca juga: Menonformalkan Pendidikan Formal Untuk Menjadi Pendidikan Informal Pada Situasi Pandemi
Sebab rakyat itu tidak cukup dipimpin oleh orang yang hanya bermodal materi dan kemasyhuran saja tapi membutuhkan kemampuan dan kejujuran.
Untuk melenggang ke kursi idaman sungguh membutuhkan transaksi yang angkanya sangat pantastis. Mungkin bagi Rakyat yang buta politik, memberikan berbagai macam bentuk kepada masyarakat ,ini dianggap pejuang sejati,karena rela mengorbankan harga nya, untuk sebuah kursi yang belum tentu didapat kannya. Tapi bagi orang yg mau menggunakan sedikit akal ,tentu sudah tidak simpati lagi dan langsung menaruh kecurigaan,meminjam istilah orang kota “tidak ada makan siang yang gratis”. Yang mengaku pejuang Rakyat yang mengeluarkan banyak uang, harus dibayar dengan pengembalian yang lebih banyak dalam kepemimpinan nya.
Jangan salahkan mereka dikala anda tidak di perdulikan dikala mereka duduk dikursi idaman. Karena bagian anda sudah di bayar kontan di saat Pilkada. Karena itu yang masyarakat mau.
Baca juga: Membeli Beras, Bentuk Parasaian Hidup
Mereka akan sibuk untuk mengembalikan apa yang dikeluarkan. Karena tidak ada makan siang yang gratis, siapa yang dirugikan tentu masyarakat sendiri. Tidak seberapa uang suapan dari yg mengaku pejuang Rakyat yang masyarakat nikmati, tetapi dengan menikmati suapan yg tidak seberapa itu, Rakyat kehilangan kemakmuran yang dijanjikan dan menderita sampai jabatan nya habis. Dari itu masyarakat harus cerdas,kritis harus hati-hati dalam memilh pemimpin.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Politik
BER-UANG JADI PEMIMPIN.
Bangsa ini Sudah mulai menyimpang dari Pancasila,karena sila pertama adalah Ketuhanan yg maha Esa. Sudah berubah menjadi uang yang maha kuasa. Masyarakat sudah menganut liberalis kapitalis. Hanya yang ber-uang yang Bisa duduk di kursi jabatan, siapa yang ber-uang itu berkuasa, inilah hukum rimba, yang kuat menjadi raja.
Butuh masyarakat yang cerdas untuk menolak semua ini ,kalau mau Ranah Bundo dipimpin oleh pemimpin yang Amanah.
Baca juga: Hendrajoni Vs Bupati Pesisir Selatan di Situasi Pandemi Covid-19
PESAN UNTUK MASYARAKAT
Ranah Bundo Rindu sosok pemimpin yang mampu memberi solusi dari masalah yang multi kompleks yang sedang mendera Tanah Bundo. Pemimpin yang dimaksud pemimpin yang Beriman dan Bertaqwa visioner, berilmu , mengayomi hak-hak rakyat, adil dalam memimpin dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu.
Umar bin Khattab mengatakan:
“Demi Allah wahai Ibnu Abbas, Persoalan ini (kepemimpinan) tidak layak di pegang terkecuali oleh orang yang kuat, tidak kasar dan tidak lemah, pandai menyimpan harta namun tidak pelit dan dermawan namun tidak berlebihan“. Pemimpin ini hanya akan muncul dari tengah-tengah masyarakat yang benar-benar Beriman dan takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa.
Baca juga: Rabab Pasisia
Oleh karena itu masyarakat tidak boleh hanya mengimpikan dan menghayal pemimpin yang seperti ini, tapi harus merubah diri sendiri menjadi manusia yang beriman dan adil di hadapan Allah subhanahu Wa Ta’aalaa. Jangan mau menjual suara Dengan harga berapapun. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa akan memberi kita pemimpin yang kita rindukan tersebut sebagai mana Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’aalaa tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yg merubahnya,” (QS. ArRaad ayat 11).
“Ya Allah berilah kami pemimpin Sholeh, yang kami mencintainya dan dia mencintai Rakyatnya. Aamiin..”
Baca juga: Bus dan Lapau Nasi
Ambiak contoh ka nan sudah, ambiak tuah ka nan Manang. Alam Takambang Jadi Guru.
Umi Ita, Yayasan Daarul Ilmi Alminangkabawi dan Rumah Tahfidz Daarul Ilmi.