|
Ilustrasi : net |
Tulisan ini bukanlah tulisan yang ditulis atas dasar menjunjung tema covid-19, melainkan tulisan ini saya suguhkan untuk mereka-mereka yang bosan akan konten covid-19 yang selalu menjadi pemberitaan beberapa bulan terakhir ini. Motivasi lain dari saya menulis tulisan ini adalah untuk membuka kesadaran kita bersama seperti apakah posisi kita di atas bumi ini.
Apapun yang terjadi bumi akan tetap ada dan akan terus ada. Kita mungkin pernah atau bahkan sering mendengar himbauan yang bertujuan membujuk kita untuk mengindari sesuatu atau menjaga sesuatu seperti konsep “go green” yang berarti peduli lingkungan, kemudian ada pula “save the earth” yang berarti selamatkan bumi. Jika kita telaah dari segi bahasanya semua itu berarti memerintahkan kita untuk menyelamatkan dan menjaga bumi ini. Seakan-akan bumi akan berusia sangat pendek jika semua himbauan itu kita abaikan. Namun realita yang ada adalah sebenarnya itu semua untuk menyelamatkan manusia BUKAN bumi.
Menurut salah satu teori mengatakan bahwa Kita, manusia, baru muncul di bumi 200.000 tahun lalu. Ya, ‘baru’ muncul. Bandingkan saja dengan umur bumi, apalagi alam semesta. Jika umur bumi diumpamakan satu kali 24 jam, manusia mungkin baru muncul sekitar kurang 4 detik sebelum hari berganti. Masih sangat muda, bukan?
Ketika manusia menganggap telah terjadi kerusakan pada bumi, sebenarnya bukan bumi yang mengalami kerugian melainkan manusia itu sendiri.
Ada atau tidaknya pohon di muka bumi, sebanyak apapun benda luar angkasa yang jatuh ke permukaan bumi, sehebat apapun kebakaran yang terjadi dipermukaan bumi, bumi akan tetap ada.
Manusia lah yang akan punah kalau bumi seperti itu. Selama ini mungkin kita sering melihat gejala-gejala alam seperti itu sehingga sebagai manusia kita menciptakan konsep “selamatkan bumi”. Padahal yang benar adalah “selamatkan manusia dengan cara mempertahankan keadaan bumi seperti sekarang ini”.
Karena kita, manusia, tidak akan bisa hidup kalau bumi berubah di atas suhu 80°C, kita tidak akan bisa bertahan lama hidup di dalam air, kita tidak akan bisa hidup tanpa sumber makanan berupa tanaman atau hewan karena mereka juga akan mati Karena kerusakan ekosistem itu sendiri.
Kita yang seharusnya bertindak untuk survive, bukan bumi.
Lantas apa yang terjadi jika manusia lenyap? Ya.. Bumi akan tetap baik-baik saja. Kehadiran manusia tidak ada artinya sama sekali bagi planet ini. Jauh sekali sebelum manusia ada, bumi ya baik-baik saja.
Kalaupun manusia punah, bumi tidak
peduli. kehadiran/ketidakhadiran kita, gak ada bedanya buat bumi. Eksistensi manusia itu sungguh irrelevant.
Manusia tidak mampu merusak bumi, semasif apapun tindakan kita, karena bumi sudah berhasil survive selama 4,5 miliar tahun melewati semua keadaan tidak masuk akal seperti hantaman meteor raksasa, zaman es, kehilangan ozon, kebakaran masif, letusan besar semua gunung berapi, dst.
Apalagi cuma bom nuklir, bom atom, gas rumah kaca, sampah dan lenyapnya atmosfer, atau apapun ulah manusia yang bagi bumi gak seberapa. Gak ada apa-apanya. Gak ngaruh sama sekali. Manusia gak akan bisa “memusnahkan” bumi.
Harap dipahami, jangan keterusan membuat ulah yang akan jadi bumerang untuk eksistensi manusia itu sendiri. Yuk sadar kalau bumi gak butuh kita. Kita yang butuh dia.
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow