Ilustrasi |
Wagub Nasrul Abit pun tidak berdaya. Mantan Bupati kita di Pesisir Selatan ini harus menonton kursi kantornya diambil alih. Padahal, partai itu besar di Sumbar tidak lepas dari kerja keras dan keringat Pak NA. Beliau sudah berdarah-darah membangun dan merangkul orang-orang terbaik mengisi kepengurusan partai.
Nasrul Abit yang harusnya dapat mencalonkan diri tanpa berkoalisi terpaksa berkeliling mencari tumpangan perahu. Yang tadinya, dia adem ayem jadi kandidat terkuat. Setelah dicopot dari Ketua Gerindra Sumbar, Pak NA langsung daftar ke Partai Golkar.
Kemudian, pecah isu Andre bilang Gubernur Sumbar hanya sibuk jalan-jalan ke luar negeri. Andre pun ingin menginterpelasi Gubernur Sumbar. Pak NA adalah pendamping Pak Gubernur. Kalau Gubernur tidak bisa menjamin kesejahteraan rakyat, berarti Pak Wagub menjadi bagian dari kegagalan itu. Waktu itu, tampak raut kecewa di wajah Pak NA menanggapi isu ketidakbecusan Gubernur. Keberadaannya sudah tidak seperti dulu lagi jajaran teras Gerindra.
Sekarang, Fraksi Gerindra…
Makin Gerindra Sumbar dan Andre Rosiade beraksi, Pak NA makin terjepit. Makin tidak ada cerita keberhasilan yang bisa dijual oleh Pak Wagub karena namanya hanyut bersama puing-puing kegagalan Gubernur. Pak NA pun jadi objek pelengkap penderita saja.