Adat Istiadat Perkawinan di Pesisir Selatan

Redaksi
13 Mar 2021 01:49
Kebudayaan 0 209
5 menit membaca

Acara minum kopi ini bertujuan untuk memberitahukan kepada keluarga dekat ninik mamak, urang sumando, mandeh bapak, bako bahwa kemenakan yang bersangkutan dengan anak kemenakan dari kaum lain atau istilahnya “kama angkek alek”. Perundingan menyangkut tata cara alek yang diadakan, persiapan-persiapan alek dan petugas-petugas alek, sekalian menghimpun dana bantuan/gotong royong untuk membiayai alek yang diadakan.

Prosesi selanjutnya adalah “Babako”. Acara ini merupakan awal dari serangkaian acara resmi perkawinan di Pesisir Selatan.

Acara ini dilaksanakan oleh calon penganten ditempatnya masing-masing. Adapun tujuan acara ini sebagai pernyataan kasih sayang dan restu dari pihak bako (keluarga ayah pihak penganten) terhadap anak pisangnya yang akan menempuh hidup baru.

Rombongan Induk Bako yang berkumpul dirumah salah seorang keluarga dekat ayah ma arak pisangnya yang akan menjadi penganten ditempat kediaman anak pisang itu sendiri untuk “diasoki dengan kumayan dan dilimaui dengan limau harum”.

Kedua macam benda itu melambangkan do’a untuk keselamatan penganten dan melambangkan membersihkan diri lahir bathin serta dorongan untuk memperkuat mental sebelum melangsungkan pernikahan.

Arakan ini dilengkapi dengan sejumlah bawaan sebagai paragiah dan sumbangan dari pihak keluarga ayah.

Bawaan itu antara lain terdiri dari nasi kunyit, sejumlah bahan sandang kain panjang, sarung, beras, dll.

Bahkan bawaan ini dilengkapi dengan perhiasan emas, ternak sapi, kerbau, ataupun kambing, sesuai dengan kemampuan pihak bako. Arak-arakan ini diiringi pula dengan bunyi-bunyian talempong, pupuik sarunai.

Acara selanjutnya adalah “Maanta Siriah”. Acara ini dilaksanakan oleh pihak keluarga marapulai datang ke rumah anak daro dengan membawa siriah yang disusun diatas dulang dengan segala kelengkapannya disertai dengan sejumlah bawaan berupa pakaian untuk anak daro sapatagak dengan cermin alat-alat berhias, alat rumah tangga lainnya seperti sprei alat-alat makan, dll.

Selain itu juga membawa bahan-bahan dapur mulai dari cabe, garam,bawang, ikan, ayam, daging, sayur-sayuran dan buah-buahan yang semua bawaan ini adalah sebagai pernyataan dari “putiah mato dapek dilihat, putiah hati bakaadaan”.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *