“Mandoa Bulan Baiak” Tradisi Menyambut Ramadhan di Pessel

Redaksi
24 Apr 2020 14:39
Kebudayaan 0 24
3 menit membaca
Sudah menjadi tradisi tahunan di Pesisir Selatan (Pessel), seminggu sebelum ramadhan hampir tiap rumah akan menggelar doa dalam rangka menyambut bulan puasa.
Seperti halnya di Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan hampir setiap rumah menggelar ritual tersebut. Sapri  Gus Naldi, pemuda setempat, mengatakan, ritual tersebut dinamakan “Mandoa bulan baik”.

“Kegiatan tersebut ditujukan untuk mendoakan orang yang jauh atau telah tiada. Selain itu, para keluarga berharap dengan berdoa sebelum Ramadan tiba akan mengabulkan segala harapan,” ujar Sapri.

Dikemukakan, bahwa dalam mandoa tersebut, tuan rumah akan memasak masakan yang enak-enak yang akan disantap oleh para tetamu yang datang mendoa.

“Seperti Kalio, rendang, goreng ikan atau ayam, gulai ikan, gulai manih dan sebagainya,” aku pria yang sehari-hari disapa Naldi tersebut.

Dikatakan, biasanya tuan rumah akan memasak 2,3 atau lebih jenis masakan.

“Setelah selesai memasak, biasanya sekitar jam 3 sore hingga mendekati Maghrib maka akan dimulai proses mandoa,” terang Naldi.

Baca juga: Ampiang Parak Ibukota dari Wilayah Kerajaan Banda Sapuluah
Selanjutnya, “sumando” akan memberitahu kepada tetangga dan “mamak rumah” bahwa dirumahnya akan “mandoa” dan karena itu diharapkan kedatangannya.

“Selain tetangga dan mamak rumah, sumando juga memanggil pimpinan doa, biasanya imam-khatib masjid setempat,” ucaapnya.

 Setelah sesuatu dinilai cukup, lanjutnya, maka pemimpin doa akan bertanya kepada si tuan rumah, apa-apa hajat hendak disampaikan, buat siapa doa dikirimkan.
“Saat ditanya, biasanya tuan rumah akan menjawab, ini doa menjelang puasa, padi di sawah terhindar dari hama,” kata Naldi.

Disaat tuan rumah mengatakan yang demikian, sang pemimpin doa akan menambah beberapa hajat yang sudah lazim diucapkan pemimpin doa selama ini.

“doa hari baik bulan baik, semogalah lancar segala ibadah, didatangkan berkah bagi seisi rumah, seiya sekata semuanya. Segala “niniak” kita, jika sempit kuburnya mohon lapangkan, jika gelap minta terangkan, jika panas minta di sejukkan. Supaya anak-anak lancar bersekolah, padi di sawah jauh dari hama, mereka yang di rantau bisa pulang berlebaran tahun ini,” ucap Naldi menirukan ucapan sang pemimpin doa.
Setelah selesai mengucapkan hajat tersebut, yang hadir akan mengaminkannya. Dan disaat itulah sang pemimpin doa akan membubuhkan kemenyan keatas bara api diatas loyang. Disaat membubung asap kemenyan yang wangi mengiringi doa ke langit tinggi itu barulah pemimpin doa mulai merapalkan doa yang cukup panjangnya. 

Ditengah wabah korona ini, hampir setiap rumah, ucap Naldi, meminta supaya virus korona cepat berlalu dan tidak sampai ke negeri kita.

” supaya Corona cepat berlalu dan tak ada yang terjangkit dan berbagai pinta lainnya lagi,” sebutnya.Setelah doa selesai, sebutnya, dilanjutkan dengan makan bersama.

 “Menyantap makanan yang terhidang. Biasanya tukang doa makannya yang paling sedikit. Jangankan makan “batambuah”, satu piring pun terkadang tidak sampai,” kata Naldi sambil berkelakar. 
Mengingat dalam satu hari banyak rumah yang harus didatangi untuk memimpin doa. Jadi porsi makannya harus ia jaga betul.

Ia juga menyarankan agar tidak terlalu banyak memasak seminggu menjelang ramadhan.

“Selain imam-khatib, para tetangga kan juga diundang, setiap diundang kita tentu disuguhi makanan, jadi buat apa masak dirumah, hehe ” ucapnya sambil tertawa.
Setelah selesai makan , pemimpin doa akan pergi dan sebelum turun jenjang, tuan rumah akan menyelipkan uang ke tangan pemimpin doa, uang yang diselipkan tentu tak banyak, alah kadarnya.

“Walaupun alah kadarnya, tapi kalau dihitung-hitung banyak juga, karena banyak rumah yang didatangi,” tutupnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *