Kue Rayo: Penanda Lebaran Segera Datang

Rabu, 6 Mei 2020 - 19:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy


Lebaran tinggal 17 hari lagi. Meski terbilang lama akan tetapi  masyarakat kecamatan Sutera, Pesisir Selatan (Pessel) telah berangsur-angsur menyambutnya. Salah satunya dengan membuat kue.

Seperti biasanya, menjelang Idul Fitri masyarakat setempat akan membuat kue. Diantaranya; kue samprit, bawang, papan, dan kue sapik.

Karena telah menjadi tradisi tiap tahun, walaupun ditengah Pandemi Covid-19, masyarakat tetap menjalankan tradisi tersebut.

Di Cimpu, Kenagarian Surantih beberapa rumah telah berangsur-angsur membuat kue. Kue ini rencananya akan dihidangkan kepada tamu yang datang bersilaturahmi ke rumah.

Nuraini, masyarakat setempat, mengaku tetap membuat kue ditengah pandemi karena telah menjadi tradisi. Kuenya yang dibuatnya adalah kue sapik. Kue sapik terbuat dari adonan tepung beras, gula, telur dan bumbu lain. Ia mengaku Kue sapik yang ia buat sebanyak 5 Gantang beras.

“Kami membuat tak banyak-banyak, hanya 2 gentang beras,” akunya kepada bandasapuluah.com

Sementara itu dilain tempat, Yotmawati, warga Cimpu, juga membuat kue sapik. Kue yang dibuatnya tahun ini tidak sebanyak tahun sebelumnya. Kue yang dibuatnya tahun ini hanyalah kue sapik.

“Biasanya kami membuat berbagai macam kue, karena kendala ekonomi, kami hanya membuat kue sapik saja,” tutur Yotmawati.

Dampak dari wabah ternyata terlihat dengan macam kue yang dibuat warga. Misalnya, yang biasanya warga membeli kue jadi, sekarang harus membuat kue sendiri. Meski demikian, kue tidak akan mengurangi rasa bersyukur dan kekhusukan hari lebaran nanti. Semoga situasi ini segera berakhir dan membaik menjelang lebaran tiba.

Berita Terkait

Adat Istiadat Perkawinan di Pesisir Selatan
Kenapa Kawin Sasuku Dilarang di Minangkabau?
Pirin Asmara dan Anugerah Kebudayaan
Pelangi, Nomenklatur Nama Nagari Pelangai
Kacaunya Organisasi Adat di Minangkabau Karena Politikus
Bolehkah Harato Pusako Tinggi Dimiliki dan Dijual oleh Laki-laki Bila Suatu Kaum Tidak Ada Lagi Perempuan?
Rumah Percetakan Oeang RI : Ditinggalkan atau Meninggalkan
Kapal Karam di Ampiang Parak, Peninggalan Portugis atau Belanda?
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 13 Maret 2021 - 01:49 WIB

Adat Istiadat Perkawinan di Pesisir Selatan

Sabtu, 9 Januari 2021 - 13:51 WIB

Kenapa Kawin Sasuku Dilarang di Minangkabau?

Sabtu, 12 Desember 2020 - 11:32 WIB

Pirin Asmara dan Anugerah Kebudayaan

Sabtu, 5 September 2020 - 17:10 WIB

Pelangi, Nomenklatur Nama Nagari Pelangai

Selasa, 1 September 2020 - 07:08 WIB

Kacaunya Organisasi Adat di Minangkabau Karena Politikus

Rabu, 26 Agustus 2020 - 15:12 WIB

Bolehkah Harato Pusako Tinggi Dimiliki dan Dijual oleh Laki-laki Bila Suatu Kaum Tidak Ada Lagi Perempuan?

Senin, 24 Agustus 2020 - 18:29 WIB

Rumah Percetakan Oeang RI : Ditinggalkan atau Meninggalkan

Minggu, 2 Agustus 2020 - 09:35 WIB

Kapal Karam di Ampiang Parak, Peninggalan Portugis atau Belanda?

Berita Terbaru