Sikuju, sayur enak, banyak menaruh antioksidan untuk memperkuat daya tahan tubuh, anti kolesterol bahkan anti kanker. Sikuju (disebut juga siruju, nama latinnya belum diketahui ) tidak sayur jenis tanaman, karena memang tidak ditanam, tetapi adalah tumbuhan, yang tumbuh dengan sendirinya. Sering tumbuh di ladang baru dibuka. Begitu lahan ladang dibuka, dirambah semak belukar, ditebang kayu, lalu dibersihkan, dibakar. Di posisi pembakaran disebut “pawunan”, semingu dua, nampak tumbuhlah sikuju di tempat yang berabu bakar itu.
Pembiakannya, melalui bunga sikuju, yang masaknya mengandung bijo (biji). Bunga itu mekar bagaikan kapas persis seperti bunga lalang. Biji itu mudah diterbangkan angin. Mudah tumbuh di tanah peladangan bila mana saja biji Sikuju jatuh di tempat tanah terbuka di peladangan terutama di tempat pembakaran atau di bawah batu lannya.
|
Tanaman Sikuju |
Fakta ini dialami, betapa suburnya sikuju tumbuh, ketika ayah saya berladang di beberapa tempat Silayu, Batu Joang dan ladang lainnya. Khusus ladang di Silayu, wilayah Nagari Taluk, pebukitan yang menghadap ke Koto Gunung, nagari IV Koto Mudiak. Rami orang berladang di Silayu itu, yang kalau shalat jum’at cukup satu mukim. Cerita ayah saya M.Yunus T.
Saya lahir di Koto Panjang, kata ayah saya 14 Februari 1954, diberi nama Yozerizal Yunus oleh orang cadiak pandai di Koto Panjang itu Abdurrahman Dt, Makhudum. Masih beberapa hari melihat dunia di bawa ayah M.Yunus T dan ibu Siti Zahara ke ladang Silayu itu. Sejak mulai pandai makan sudah diajar makan gulai daun Sikuju.
Waktu masuk sekolah dibawa nenek Tikar, lupa pula nama, tempat, tanggal dan tahun lahir. Untung saja umur sekolah ketika ditentukan “apa sudah sampai atau tidak tangan melingkar ke telinga”, kalau sampai berarti umur sudah tujuh tahun atau lebih dan boleh masuk sekolah. Saat masuk sekolah itu diberilah nama baru
Lokasinya Selayu yang Sikuju (sering juga disebut siruju) subur di situ, adalah di bawah kawasan Bukit Pagu yang datar, tak jauh dari Pincuran Tujuh. Di Pincuran Tujuh itu ada talao dan mundam tempat mandi Puti Nan Batujuh turun dari kayangan memaki baju songsong barat. Di hiliran sungai hulu Pincuran Tujuh itu tempat memancing Malin Deman.
Salah seorang Puti Nan Batujuh itu, yakni Puti Bungsunya dipersunting Malin Deman, yang diraihnya saat ia sempat mencuri pakaian putri cantik itu, sewaktu ia asyik mandi berkecimpung. Lokasinya dalam kampung disebut Kampung Mandeh Rubiah yang di situ segala buah dan bunga lengkap, tapi boleh dinikmati di lokasi, tidak boleh dibawa pulang, kalau dibawa menjadi penyebab sesat di jalan, tak tahu jalan pulang, kata ayah saya M. Yunus T, sebelum menjadi guru agama, ia perimba dan tukang arit kayu balok dan kayu pembuat rumah kayu di kampung itu.
Kampung Mandeh Rubiah itu diperkirakan persinggahan etape ke-4 Bundo Kanduang saat mengirap (berjalan beretape) dari Kesultanan Pagaruyung dan etape-8 Finis di Lunang di tempat Istana Mandeh Rubiya yang kharismatik itu sampai sekarang. Dalam persinggahan itu Bundo Kandung berubah nama menjadi Mandeh Rubih, itulah yang di Kampung Mandeh Rubiah kayangan itu. Tepatnya di hulu Sungai Koto Panjang, Nagari Taluk, salah satu Banda dari Banda X dahulu. Jejaknya di Sungai itu ada Batu Kuda, dari cerita Kuda Malin Deman yang patah tersimpun di situ.
Balik cerita Sikuju, tumbuhan berbatang lunak. Daunnya panjang-panjang.Kalau diptong seperti memanen bayam potong, segera bertunas 4 atau 5 tunas, bila dipotong pula bisa bertunas lebih banyak lagi. Mengisyaratkan kalau kita bersedekah, satu hilang disedekahkan, gantinya banyak dari Tuhan.
Dalam perspektif hasil peladang tradisional, Sikuju merupakan panen pertama peladang itu seperti Silayu dekat Pincuran Tujun hulu Sungai Koto Panjang itu. Sikuju dibawa peladang ke pasar dan biasanya laris terjual. Karena sayurnya enak digulai jo bada teri atau jo lauk pukat baru. Pahit-pahit sedikit serasa gulai daun pepaya. Saking enaknya, selera patah, makan bisa batambuah (nambah) satu dua tambuah karena gulai Sikuju itu.
Sikuju saking dikenal dan enak diabadikan dalam pepatah. Salah satu pepatah, menggunakan kata Sikuju dalam pantun membawa pesan mawas diri, dikutik Ernatip, dalam artikel ilmiahnya “Tradisi Lisan Pasambahan dipublikasi oleh Jurnal Suatu Kajian Nilai Suluah, Vol. 20, No. 2. Desember 2017, h.37) sebagai berikut:
Sikuju jolong badaun
Baladang urang nak KotoTuo
Kok mujuo bataun-taun
Kok malang sakijok mato
Saya juga punya pantun fatwa mawas diri dengan memperkuat iman, menggunakan kata sikuju sbb.:
Sikuju bakabek baru dibali
Dibao anak urang Koto
Ka balai pasa nan rami
Dari ladang bukit Silayu
Kawasan Taluk Banda Sapuluah
Mujuo lai sapanjang hari
Kok malang sakijok mato
Kok nan ka lai banyak razaki
Dari Tuhan Yang Maha Tahu
Balasan iman nan lai taguah
Ada juga pantun menggunakan kata sikuju didengar sejak lama, yang pesannya menggambarkan anak yang diharapkan pulang ke pangkuan ibu di kampung sbb.:
Dakek Siruju jo Batangkape
Kambanglah bungo parawitan
Dek muju mandeh malapeh
Bak ayam pulang kapautan
|
Gulai ikan dengan sayur sikuju |
Sejak dulu, orang terutama di Banda X, suka memakan sayur sikuju. Dr. Helgwati, Dirut RS BMC (Bunda Medical Centre) Padang, saat memakan gulai Sikuju bersama 4 keluarga bersaudara dibeli dari Pasar Belimbing, mengingatkan pengalaman kecilnya. Ia sejak kecil biasa makan gulai sayur Sikuju waktu tinggal bersama ayah Tasar dan ibunya Yuniar keduanya guru SD di Tanjung Kandis dan SD Koto Panjang Taluk, satu di antara Banda X, ia tersentak memberi kemungkinan dengan naluri dokternya. Katanya, merasakan enaknya gulai sikuju ini, dimungkinkan di dalamnya banyak “antioksidan”, tapi tentu perlu penelitian.
Antioksidan ini bermanfaat bagi tubuh, disebut melindungi kerusakan sel-sel akibat zat radikal bebas. Zat radikal bebas itu semacam zat yang terbentuk secara alami menyimpang saat proses metabolisme di dalam tubuh. Zat Radikal bebas ini ditayang https://www.alodokter.com/ dapat merusak susunan DNA sel, meningkatkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh, menyebabkan peradangan dan melemahkan daya tahan tubuh.
Paparan radikal bebas secara berlebihan dan terus-menerus bisa meningkatkan risiko terjadinya penuaan dini dan menjadi peyebab ancaman beberapa penyakit, seperti penyakit jantung, kanker dan demensia dan atau bisa membuat tubuh rentan sakit-sakitan dan berisiko terkena katarak. Anjuran untuk melawan paparan radikat bebas itu penting memperkuat antioksidan selain memakan obat, dokter yang paling tahu, juga dianjurkan memakan yang alami berupa buah-buahan dan sayur yang banyak mengandung antioksidan dan atau vitamin A, C dan E.
Apakah sayur Sikuju yang enak itu, mengandung antioksidan dan vitamin A,C,E yang boleh membersihkan darah dan anti kolesterol yang berujung jantung? He he itu komen ketika kami sedang memakan gulai sayur Sikuju yang dibeli di Pasar Balimbing, mengulang pengalaman di Koto Panjang yang biasa memakan gulai sayur Sikuju itu.
Pendapat mengejutkan dari Jend. TNI (Purn) Anwar Muiz (http://nagari-taluak.blogspot.com/2010/03/hidup-sehat-di-pesisir-selatan.html) yang dipastikan pernah makan sayur sikuju itu masa kecilnya di Taluk, Banda X, menyebut sikuju itu mengandung vitamin C seperti terdapat pada buah-buahan berwarna seperti cabe (lado) merah, jambu biji (piawe, parawe) , jeruk (limau manih, limau sundai, limau kapeh), sayuran (sikuju, paki, gajembek, kalayau, sondak langik, galinggang dll). Kasiatnya bisa menghindarkan dari penyakit jantung, kanker, katarak, sariawan dan penyakit lainnya, kata Jenderal orang Taluk, Banda X itu. Sikuju sayur enak, sila coba, jadi obat? Allah a’lam bish-sawab (Allah SWT Yang Maha Tahu).***