BANDASAPULUAH.COM – Komitmen diaspora Minang terhadap kemajuan kampung halaman kembali terlihat dalam Diskusi Panel bertajuk “Investasi dan Ketenagakerjaan: Peluang dan Kendala/Permasalahan” yang digelar pada Selasa (5/12/2023) di Hotel Pangeran Beach Padang.
Agenda ini merupakan bagian dari rangkaian Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Sedunia yang diselenggarakan oleh Minang Diaspora Network Global (MDNG) pada 3–13 Desember 2023 di empat kota di Sumatera Barat: Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh.
Prof. Dr. Maizar Rahman, mantan Gubernur OPEC dan pakar energi Indonesia, tampil menonjol sebagai salah satu narasumber dalam acara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam paparannya, Prof. Maizar Rahman menekankan pentingnya transisi menuju energi baru dan terbarukan, khususnya di Sumatera Barat yang memiliki potensi besar namun masih belum tergarap secara maksimal.
Ia menjelaskan, konsumsi energi nasional diproyeksikan meningkat hingga empat kali lipat pada tahun 2050, dan pemerintah Indonesia telah merancang kebijakan untuk meningkatkan kontribusi energi baru hingga 70 persen dalam bauran energi nasional.
“Potensi energi baru Indonesia luar biasa besar. Kita memiliki samudra, angin, dan solar sebagai sumber utama, namun yang paling dominan adalah sinar matahari. Sekitar 90 persen potensi energi terbarukan kita berasal dari matahari,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Di Sumatera Barat, diperkirakan 71 persen sumber energi yang digunakan pada tahun 2050 akan berasal dari energi baru, sejalan dengan rencana nasional.”
Namun demikian, Prof. Maizar juga mengungkapkan realitas ironis di lapangan. Ribuan lokasi di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat, masih bergantung pada diesel sebagai sumber energi.
Biaya operasional yang tinggi dari energi diesel menjadi hambatan utama bagi pengembangan industri rumah tangga dan kemajuan ekonomi daerah.
Oleh karena itu, ia mendorong implementasi peta jalan energi baru yang menargetkan daerah-daerah tertinggal agar bisa mandiri secara energi melalui penggunaan teknologi terbarukan. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan kebijakan harga beli listrik yang lebih tinggi di daerah terpencil sebagai insentif bagi investor, agar transisi energi di wilayah-wilayah tersebut menjadi layak secara ekonomi.
Lebih jauh, Prof. Maizar juga menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG yang membebani devisa negara.
Ia mengusulkan pemanfaatan batu bara sebagai alternatif LPG, sembari berharap bahwa Sumatera Barat memiliki potensi batu bara yang bisa dimanfaatkan sebagai substitusi.
Salah satu proyek yang tengah dikaji sebagai bagian dari strategi energi nasional adalah pembangunan jalur kereta api dari Muara Enim ke Bengkulu sepanjang 250 kilometer, untuk mengangkut batu bara dan komoditas lain. Proyek ini dirancang oleh konsultan dari Korea Selatan dan akan dibiayai oleh investasi senilai USD 2,2 miliar, mencakup pembangkit listrik dan pelabuhan.
“Proyek-proyek jalan, pembangkit listrik, dan kilang minyak yang tengah digarap merupakan inisiatif strategis nasional. Selain meningkatkan ekonomi dan membuka lapangan kerja, proyek-proyek ini juga ditargetkan memberikan prospek keuntungan antara 17 hingga 20 persen, sekaligus membangun kawasan industri baru di berbagai daerah,” ujar Prof. Maizar.
Sebagai mantan tokoh penting dalam dunia energi global, Maizar Rahman membawa perspektif yang luas namun sangat relevan untuk konteks lokal.
Pandangannya membuka cakrawala baru bagi peserta forum akan pentingnya integrasi antara kebijakan energi, ketahanan ekonomi, dan keterlibatan investor diaspora dalam membangun kampung halaman.
Agenda kegiatan ini dibuka oleh Wakil Menteri Ketenagakerjaan RI Ir. Afriansyah Noor, M.Si dan dipandu oleh Direktur Eksekutif MDN-G Burmalis Ilyas. Kegiatan ini dihadiri tokoh-tokoh penting Minangkabau dari dalam dan luar negeri seperti Gubernur Sumbar H. Mahyeldi Ansharullah, Anggota DPD RI Hj. Emma Yohana, pemilik Salero Tours Belanda Erita Lubeek, Guru Besar Fakultas Ekonomi UNAND Prof. Dr. Firwan Tan, dan Dokter dan Pengusaha SPBU sekaligus pemilik STIKES Pekanbaru Prof. Dr. K Suheimi.
Pengusaha perhotelan Yessy Yarisma juga turut memaparkan tantangan investasi dan ketenagakerjaan di daerah.
Forum ini tidak hanya menjadi ajang berbagi gagasan, namun juga momentum mempererat jalinan antara ranah dan rantau dalam membangun kampung halaman. Minang Diaspora Network Global menegaskan, ini adalah panggilan bersama untuk menjadikan Diaspora Minang sebagai bagian penting dari masa depan Sumatera Barat dan Indonesia.






