BANDASAPULUAH.COM – Sosok Prof. Dr. K. Suheimi, Sp.OG, pemilik STIKES Pekanbaru, menjadi salah satu narasumber yang mencuri perhatian dalam Pertemuan Diaspora Minang dan Bundo Kanduang Minang Sedunia yang digelar Selasa, (5/12/2023) di Hotel Pangeran Beach Padang.
Dalam sesi bertema “Investasi dan Ketenagakerjaan: Peluang dan Kendala”, Suheimi tidak hanya berbicara sebagai akademisi dan pengusaha, namun juga sebagai figur inspiratif yang mengangkat filosofi jihad sosial sebagai dasar membangun peradaban.
Kegiatan yang dihelat oleh Minang Diaspora Network Global ini berlangsung maraton sejak 3 hingga 13 Desember 2023 di empat kota di Sumatra Barat: Padang, Bukittinggi, Tanah Datar, dan Payakumbuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Suheimi hadir bersama tokoh-tokoh terkemuka lainnya, di antaranya Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor, Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, dan pengusaha-pengusaha Minang dari berbagai penjuru dunia.
Dalam pemaparannya, Prof. Suheimi menekankan bahwa jihad sejati bukan hanya memberi makan dan minum di Masjidil Haram, tetapi dengan membangun sesuatu yang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
“Mendirikan sekolah atau rumah sakit agar orang dari level rendah bisa naik kelas, itulah jihad sosial yang sesungguhnya,” ujarnya.
Terinspirasi oleh Surah At-Taubah ayat 19, rumah sakit yang ia dirikan di atas tanah seluas dua hektar diresmikan pada tanggal 19 September sebagai penanda spiritual komitmen tersebut.
Rumah sakit ini, kata Suheimi, akan dilengkapi dengan fasilitas pendidikan kedokteran sebagai bagian dari cita-cita besar membangun universitas sendiri di masa depan.
Tak hanya berhenti pada layanan kesehatan dan pendidikan, Suheimi dan sang istri, Dr. Zurtias, juga mendirikan SPBU.
“Kami ingin SPBU ini menjadi sumber lapangan kerja, karena setiap usaha yang kami dirikan tujuannya bukan hanya profit, tapi membuka jalan bagi orang lain untuk hidup lebih layak,” tambahnya.
Suheimi menegaskan bahwa semua yang ia bangun bertolak dari satu keinginan mendalam: meninggalkan warisan abadi bagi masyarakat.
Ia terinspirasi oleh tokoh Minang, Pak Jurnalis, yang menurutnya telah meninggalkan jejak besar dalam kehidupan sosial.
“Kita ini seperti harimau yang akan meninggalkan belang atau gajah yang meninggalkan gading. Saya ingin kontribusi saya tetap hidup setelah saya tidak ada lagi,” kata Suheimi.
Untuk itu, ia menggagas konversi STIKES menjadi universitas di masa depan, dengan lokasi strategis yang dinilai lebih mudah secara administratif dibandingkan Padang atau Bukittinggi.
Suheimi juga menyinggung sejarah migrasi Minangkabau yang menurutnya sarat dengan pelajaran.
“Orang Minang bermigrasi bukan karena suka-suka, tapi karena tertindas oleh kolonial. Tapi dari penderitaan itu, lahirlah kekuatan,” katanya, menyebut migrasi ke Malaysia, Singapura, hingga Filipina yang justru melahirkan para pemimpin dan tokoh sukses.
“Penderitaan membawa berkah,” ucapnya mengutip pepatah Minang, menegaskan bahwa keberhasilan diaspora Minang hari ini adalah buah dari keberanian, keteguhan, dan ketekunan.
Di akhir sesi, Suheimi memberi penghormatan pada tanah kelahiran komunitas Sulit Air Sepakat (SAS), organisasi yang banyak melahirkan orang-orang sukses. “Orang Sulit Air itu punya semangat juang tinggi. Itu juga yang menjadi energi saya dalam membangun semua ini,” tegasnya.
Meski berbagai sektor usaha mulai merosot, Suheimi melihat pendidikan dan kesehatan justru semakin dibutuhkan. Ia mendorong stafnya untuk menempuh pendidikan doktoral dan membuka akses seluas-luasnya kepada masyarakat.
“Ini semua adalah sedekah jariyah. Ketika saya sudah tiada, semoga ini tetap berjalan dan bermanfaat,” ujarnya.
Diskusi ini dipandu oleh Direktur Eksekutif MDN-G Burmalis Ilyas dan turut dihadiri tokoh-tokoh penting Minangkabau dari dalam dan luar negeri seperti Gubernur Sumbar H. Mahyeldi Ansharullah, Anggota DPD RI Hj. Emma Yohana, pemilik Salero Tours Belanda Erita Lubeek, mantan Gubernur OPEC Prof. Dr. Maizar Rahman dan Guru Besar Fakultas Ekonomi UNAND Prof. Dr. Firwan Tan.
Pengusaha perhotelan Yessy Yarisma juga turut memaparkan tantangan investasi dan ketenagakerjaan di daerah.
Forum ini tidak hanya menjadi ajang berbagi gagasan, namun juga momentum mempererat jalinan antara ranah dan rantau dalam membangun kampung halaman. Minang Diaspora Network Global menegaskan, ini adalah panggilan bersama untuk menjadikan Diaspora Minang sebagai bagian penting dari masa depan Sumatera Barat dan Indonesia.






