Pada masa dahulu, Tari Kain di nagari (kerajaan dan limbago penghulu) dipertunjukan pada acara penyambutan tamu-tamu penting.
Pertunjukan ini memperlihatkan ketangkasan para dubalang penghulu dan hulubalang raja dalam menunjukkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Dalam pertunjukannya, Tari Kain biasanya ditarikan oleh dua penari yang mengikuti irama dendang dengan iringan musik tradisional adok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut DitWDB (2019, juga tercatat dalam Wikipedia), Tari Kain memiliki 7 ragam dan 21 jenis gerakan.
Gerakannya itu bermula dari pembukaan, pasambahan depan, pasambahan samping, pasambahan belakang, salam, ambiak langkah, langkah satu, gelek.
Selanjutnya, langkah tarik belakang, langkah tigo, langkah maju, pisawek gantuang, langkah gantuang, langkah mereng,gelek kaduo, kipeh kain, gerak ampun, maagiah umpan, umpan, manjapuik umpan kanan, dan manjapuik umpah kiri, salam penutup.
Legenda Dang Kumbang dalam Tari Kain
Junaidi Chan, pemimpin Sanggar Seni Puti Gubalo Intan, menceritakan sinopsis cerita yang dibawakan dalam Tari Kain yang dikembangkannya.
Tari ini mengisahkan Dubalang Raja Kesultanan Indrapura bernama Dang Kumbang. Ia bertubuh tinggi besar, memiliki ilmu kebal, dan tak satu pun senjata mempan menerkamnya. Ia selalu mengenakan kain panjang yang dililitkan di leher.
Dalam sebuah pesta kerajaan yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, semua bentuk kesenian dan silat ditampilkan. Dang Kumbang hadir di sana. Namun ia dihadang dan dikeroyok oleh sekelompok pemuda mabuk. Ia membuka kain panjang di lehernya, dipacahnya (dibukanya) langkah tigo, menari-nari serta berlagu.
Gerakannya Menjambo-jambo (merukuk) seperti orang bertanam padi. Basisurik (surut) seperti orang basiang (bersiang) padi.
Raja dan permaisuri yang menyaksikan dari beranda istana pun terpukau. Permaisuri berkata, “Rancak bana! Indah tarinya dan merdu lagunya.” Saat ditanya oleh raja, Dang Kumbang menjawab, “Permainan.” Lalu ia susun dayang-dayang dan menarikan “Tari Kain”.