Selain itu, juga ditemukan di wilayah subkultur lainnya seperti Bayang, Tarusan, Salido, Lumpo, Painan, dan Air Duku.
Di Lumpo, Tari Kain secara historis berasal dari gelanggang sasaran pencak silat yang juga berkembang di daerah Bayang, Salido, Tarusan, dan Painan.

Bagi masyarakat Minangkabau, seni tidak hanya menjadi hiburan atau tontonan, tapi juga memiliki fungsi edukatif, bahkan simbolik seperti halnya pakaian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka tidak heran, Tari Kain yang berasal dari gelanggang silat memiliki fungsi simbolik sebagai “pakaian” para pendekar atau pesilat.
Selain itu, Tari Kain juga berperan dalam ritual penting dunia persilatan, yakni sebagai uji akhir sebelum seseorang dinobatkan menjadi pendekar, yang dikenal dengan istilah mamutuih kaji (memutus kaji).
Setelah lolos dari ujian dan dinobatkan anak sasian (berkarakter) pendekar, maka dilepas guru silatnya dari sasaran silatnya.
Pendekar tersebut kemudian bisa pergi ke daerah lain atau merantau, dan mendirikan sasaran silat baru yang tetap membawa garis silsilah (sanat) dari gurunya.
Tari Kain: Dari Pertahanan Tradisional ke Panggung Sosial
Dari sudut pandang generasi muda, Tari Kain kini juga menjadi ajang permainan, pergaulan, serta media komunikasi dan interaksi antar kelompok sosial.
Tari ini biasa dihadirkan dalam alek (pesta) nagari, baik di tengah maupun penghujung malam.
Klik selanjutnya untuk melanjutkan membaca…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya