Mengenal Tradisi Babako di Kecamatan Sutera

Selasa, 1 Agustus 2023 - 17:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDASAPULUAH.COM – Hampir dalam setiap adat perkawinan di berbagai daerah di Sumatera Barat mengenal acara babako. Akan tetapi, acara babako di tiap daerah tidaklah sama.

Prosesi babako ini disesuaikan dengan adat salingka nagari di daerah tersebut. Tak terkecuali di Kecamatan Sutera.

Di Kecamatan Sutera, babako merupakan awal dari serangkaian acara resmi perkawinan. Acara ini sering juga disebut dengan Turun Bako. Di pihak bako, mereka menyebutnya sebagai muanta anak pisang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pelaksanaan acara babako
merupakan suatu kewajiban dalam pelaksanaan acara alek perkawinan
karena memberi pertanda bahwa
pengantin laki-laki dan perempuan
orang tuanya adalah orang Minang,
punya kampung yang berkaum dan
berketurunan. Hal ini juga sebagai tanda
tanggung jawab kaum kepada mamak.

Baca Juga :  Semarakkan Kemerdekaan, Pemuda Cimpu Surantih Gelar Kejuaraan Futsal Tingkat Kecamatan

Adapun tujuan acara ini sebagai pernyataan kasih sayang dan restu dari pihak bako (keluarga ayah pihak pengantin) terhadap anak pisangnya yang akan menempuh hidup baru.

Rombongan Induk Bako yang berkumpul dirumah salah seorang keluarga dekat ayah ma arak anak pisangnya yang akan menjadi pengantin ditempat kediaman anak pisang itu sendiri untuk “diasoki dengan kumayan dan dilimaui dengan limau harum”.

Kedua macam benda itu melambangkan do’a untuk keselamatan penganten dan melambangkan membersihkan diri lahir bathin serta dorongan untuk memperkuat mental sebelum melangsungkan pernikahan.

Baca Juga :  Alamak! Kecamatan Sutera Kuasai Kasus Narkoba di Pessel

Arakan ini dilengkapi dengan sejumlah bawaan sebagai paragiah dan sumbangan dari pihak keluarga ayah.

Bawaan itu antara lain terdiri dari Limau, nasi kuniek (sampek), pakaian panjapuik marapulai lengkap, sambal, bage (beras) kondai dan lain-lainnya. Bagi pengantin perempuan antaran orang ramai berupa limau, handuk, alat penghias lengkap, baju, pecah belah sa pasumandoan dan lain lain

Bahkan bawaan ini dilengkapi dengan perhiasan emas, ternak sapi, kerbau, ataupun kambing, sesuai dengan kemampuan pihak bako. Arak-arakan ini diiringi pula dengan bunyi-bunyian musik tradisional berupa talempong, pupuik sarunai serta gandang.

Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan
Heboh! Peserta Pawai Budaya Saling Lempar Pisang di Depan Kantor Bupati Pessel
DPRD Pessel Bahas 4 Ranperda, Aspirasi Dewan Kebudayaan Mencuat
Manjalang ke Rumah Gadang Mandeh Rubiah, Risnaldi Tekankan Pentingnya Tradisi dan Silaturahmi
Balai Pagaduan: Pergulatan Hidup Masyarakat Menjelang Lebaran
Mahat: Cerita Lain dari Peradaban Negeri 1000 Menhir | Arif Purnama Putra
Situs Sejarah Diduga Peninggalan Era Megalitik Ditemukan di Padang Pariaman
BKKBN Sumbar Gelar Pilot Project PEK Peduli Stunting di Padang Panjang

Berita Terkait

Minggu, 27 April 2025 - 10:02 WIB

Ini Sejarah dan Filosofi Tari Kain, Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Pesisir Selatan

Senin, 14 April 2025 - 12:54 WIB

Heboh! Peserta Pawai Budaya Saling Lempar Pisang di Depan Kantor Bupati Pessel

Selasa, 8 April 2025 - 22:10 WIB

DPRD Pessel Bahas 4 Ranperda, Aspirasi Dewan Kebudayaan Mencuat

Rabu, 2 April 2025 - 20:43 WIB

Manjalang ke Rumah Gadang Mandeh Rubiah, Risnaldi Tekankan Pentingnya Tradisi dan Silaturahmi

Senin, 24 Maret 2025 - 03:48 WIB

Balai Pagaduan: Pergulatan Hidup Masyarakat Menjelang Lebaran

Berita Terbaru

error: Content is protected !!