TIRA, SOVIA – Gelombang demonstrasi yang terus menerus di wilayah Balkan, yang menggulingkan pemerintahan Bulgaria, dimulai dengan pengunduran diri Perdana Menteri Rosen Zhelyazkov.
Kepala pemerintahan Bulgaria mengajukan pengunduran dirinya ke parlemen pada Kamis (11/12) menyusul gelombang demonstrasi yang dipimpin Jenderal Z.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Jatuhnya pemerintahan Bulgaria adalah hal pertama di Eropa yang diawali dengan demonstrasi yang dilakukan oleh para pemuda tersebut.
Sebelumnya Gen Z juga menjadi motor demonstrasi di berbagai negara mulai dari Bangladesh, Nepal, Kenya, Madagaskar, dan lain-lain.
Di Bulgaria, pemicu utama protes Generasi Z adalah korupsi yang mengakar dan elit politik.
Mereka dinilai hanya mementingkan diri sendiri dan tidak merasakan kesulitan yang dihadapi masyarakat awam, seperti diberitakan Jurnal Wall Street.
Dalam pernyataannya di Parlemen, Zhelyazkov mengakui tuntutan masyarakat dengan mengutip pepatah Latin, Vox populi, vox dei, Artinya suara rakyat adalah suara Tuhan.
“Kita harus bangkit untuk memenuhi tuntutan mereka, dan tuntutan mereka adalah pengunduran diri pemerintah,” tegas Zhelyazkov.
Pengunduran diri Zhelyazkov menandai berakhirnya kabinet pro-Uni Eropa di Bulgaria yang baru menjabat sejak Januari.
Bulgaria, negara Balkan dengan populasi sekitar 6,5 juta jiwa, telah menjadi titik konflik terbaru dalam serangkaian kerusuhan global Gen Z.
Keruntuhan pemerintah terjadi hanya beberapa minggu sebelum Bulgaria dijadwalkan beralih ke mata uang euro pada 1 Januari.
Rencana ini tentu saja akan terus berlanjut meski di tengah krisis politik.
Namun, pengunduran diri Zhelyazkov memperpanjang krisis politik di Bulgaria yang secara historis tergolong rentan.
Di sana, dalam empat tahun terakhir, telah terjadi tujuh pemilihan parlemen.
Berakhirnya masa jabatan Zhelyazkov kemungkinan akan memicu pemilu dalam beberapa bulan mendatang, yang berpotensi mengubah lanskap geopolitik dan arah kebijakan negara tersebut.
Salah satu tokoh yang diperkirakan akan memanfaatkan situasi ini adalah Presiden Rumen Radev, kepala negara terpilih dan politisi paling populer, yang dikabarkan akan membentuk partainya sendiri.
Radev, mantan pilot angkatan udara, dikenal kritis terhadap dukungan Barat terhadap Ukraina.
Pemicu demonstrasi Gen Z di Bulgaria adalah rencana anggaran pemerintah tahun 2026 yang mencakup peningkatan belanja negara.
Langkah ini dicurigai oleh para kritikus untuk semakin memperkuat kontrol politisi korup terhadap lembaga-lembaga negara.
Korupsi telah lama merajalela di Bulgaria, bahkan setelah bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2007.
Negara ini secara konsisten dicap sebagai salah satu anggota Uni Eropa yang paling korup oleh Transparansi Internasional.
Kegagalan Bulgaria dalam menjatuhkan hukuman berat bagi kasus korupsi dalam beberapa tahun terakhir juga memicu kemarahan publik.
Kemarahan masyarakat akhirnya memuncak, puluhan ribu orang berdemonstrasi pada Rabu (10/12) malam di Sofia dan kota-kota lain.
Aksi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian aksi demonstrasi yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Dimobilisasi melalui TikTok dan berbagai platform media sosial, para pengunjuk rasa berbaris dengan poster provokatif bertuliskan “Gen Z Akan Datang” dan “Gen Z vs Korupsi”.
Martin Vladimirov, direktur program geoekonomi di Pusat Studi Demokrasimencatat bahwa protes tersebut menunjukkan adanya kekuatan sipil yang cukup di kalangan generasi muda untuk menantang arogansi elit politik dan ekonomi yang sudah mengakar. (*/kdc)
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






