Diterbitkan pada 12/9/2025
|
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Pembaruan terakhir: 14:03 (waktu Mekah)
Pada tanggal 8 Desember, saat perayaan ulang tahun pertama jatuhnya rezim Bashar al-Assad dan pembebasan Suriah, pihak administrasi Bandara Internasional Damaskus mengejutkan para pelancong yang kembali ke negara tersebut dengan membagikan kartu suvenir bertuliskan kalimat mengejutkan, “Yakinlah… mereka memindahkan rumah bibimu dari layanan“.
Ungkapan ini terkesan ambigu, namun bagi warga Suriah, ungkapan tersebut memiliki sejarah panjang ketakutan, kepahitan dan kenangan akan era kelam yang berakhir dengan jatuhnya kekuasaan keluarga Assad.
Saya tidak mengerti
– Tuqa Qaitbay (@tuqa7_10) 7 Desember 2025
Pada masa rezim keluarga Assad, ungkapan populer “mereka membawanya ke rumah bibinya” adalah sebuah eufemisme yang mengacu pada penangkapan seseorang oleh badan intelijen, seringkali tanpa surat perintah pengadilan atau pemberitahuan kepada keluarga, kemudian dia tiba-tiba menghilang dari lingkungan sekitar, dan dihilangkan secara paksa selama bertahun-tahun atau selamanya.
Baca juga
daftar 2 itemakhir daftar
Istilah yang muncul dari rahim rasa takut ini menjadi bagian dari sarkasme hitam yang digunakan warga Suriah untuk meringankan beban teror, dalam upaya menyampaikan berita paling keras dalam bahasa yang memadukan humor pahit dan kenyataan menyakitkan.
Kisah “rumah bibi” dikaitkan dengan bandara dan penyeberangan perbatasan, di mana beberapa orang yang kembali atau pelancong akan hilang dan dibawa langsung ke pusat interogasi.
Salah satu kasus yang paling terkenal adalah penulis Mustafa Khalifa, penulis novel “The Shell,” yang ditangkap di Bandara Internasional Damaskus sekembalinya dari Perancis dengan tuduhan menjadi anggota Ikhwanul Muslimin. Tuduhan ini membawanya ke Penjara Gurun Palmyra yang terkenal kejam, di mana dia menghabiskan 13 tahun hidupnya di balik tembok penjara tersebut.
Saat ini, setahun setelah pembebasan Suriah, istilah ini telah menjadi bagian dari ingatan akan ketakutan yang ingin disebarkan oleh warga Suriah.
Pesan simbolis
Penyebaran kalimat ini oleh pihak pengelola Bandara Damaskus dalam bentuk kartu peringatan bukanlah suatu kebetulan, melainkan sebuah pesan simbolis yang memiliki makna ganda: Yang pertama adalah bahwa masa “rumah bibimu” telah berakhir, dan bahwa penangkapan sewenang-wenang, “ghosting” keamanan dan keputusan untuk mencegah masuk ke negara tersebut telah menjadi masa lalu.
Kedua, warga Suriah mampu menghadapi sejarah kelam mereka dengan selera humor yang mengubah rasa sakit menjadi kenangan yang harus diatasi.
Di media sosial, para pengguna Twitter mengekspresikan interaksi mereka dengan inisiatif ini. Salah satu dari mereka berkata, “Sebuah kata yang hanya diketahui oleh warga Suriah. Ini adalah istilah yang dikaitkan dengan bekas penjara dan pusat penahanan intelijen Assad, dan saat ini kita melihatnya digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengungsi yang kembali.”
Yang lain menulis bahwa ungkapan tersebut – meskipun sekarang menggelikan – menyembunyikan air mata dan rasa sakit di baliknya, karena itu adalah simbol “lubang hitam” di mana siapa pun yang masuk tidak akan pernah kembali, dan jika dia melakukannya, dia akan kembali dengan luka dalam yang tidak akan sembuh.
Dengan demikian, ungkapan yang tadinya menakutkan berubah menjadi sebuah kartu yang menghadirkan campuran humor dan kebebasan, dalam sebuah adegan yang merangkum transisi Suriah dari masa penahanan dan ketakutan ke masa perayaan pembebasan dan berakhirnya era keluarga Assad dan aparat keamanan mereka yang represif.
Patut dicatat bahwa kepala Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah, Fadl Abdul Ghani, mengatakan bahwa meskipun penjara Assad dikosongkan dari narapidana, masih ada lebih dari 112.000 orang yang dihilangkan secara paksa di Suriah.
Abdul Ghani menekankan perlunya upaya mengungkap nasib orang hilang.
Agensi Digital JetMedia
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






