BANDASAPULUAH.COM -Kekacauan di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadi perbincangan hangat. Tak hanya di kalangan Nahdliyin, ketegangan internal dan perselisihan di level elite PBNU juga menyita perhatian publik.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Absar Abdalla melalui podcast Gaspol mengungkap akar masalah perpecahan di tubuh PBNU.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Menurut dia, perpecahan tersebut disebabkan oleh perbedaan pandangan antara Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Usut punya usut, perbedaan tersebut terkait dengan investor yang akan membantu pengurusan izin pertambangan yang diberikan pemerintah kepada PBNU.
Nah, perbedaan pandangan antara Gus Yahya dan Gus Ipul itulah yang membuat hubungan ini bermasalah, kata Gus Ulil seperti dikutip redaksi di Jakarta, Jumat 28 November 2025.
Gus Yahya disebut ingin mengganti investor sesuai keinginan pemerintah saat ini. Pasalnya, investor sebelumnya dianggap tidak memiliki posisi politik yang kuat.
Meski demikian, Gus Ipul tetap ingin mempertahankan investor lama, karena sudah berhubungan sejak era kepemimpinan mantan Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.
“Pada masa Pak Jokowi, ada investor tertentu yang ditunjuk untuk mengelola tambang ini. Kekuatan baru ini membutuhkan investor lain,” jelasnya.
Gus Yahya ingin investor yang mengelola konsesi pertambangan PBNU mendapat restu pemerintah.
Alasannya, PBNU sejalan dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan tidak berbeda pandangan.
“Tapi Gus Ipul punya prinsip lain, karena kita sudah sepakat dengan investor lama, kita gabung dengan investor lama dan kebetulan investor lama ini memang investor yang posisinya kurang bagus secara politik sekarang,” ujarnya.
Agensi Digital JetMedia
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






