Baru-baru ini, Komite Penilaian Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok (USCC), yang berafiliasi dengan Kongres AS, menyerahkan laporan kepada Kongres mengenai evaluasi dampak rencana “Made in China 2025” (MIC2025). Laporan tersebut, yang mencakup penelitian terhadap 12 sektor utama, menyatakan bahwa kemampuan inovasi Tiongkok telah meningkat secara signifikan dan posisinya sebagai kekuatan manufaktur global telah menguat.
Laporan tersebut mencatat bahwa meningkatnya kekuatan industri manufaktur Tiongkok didorong oleh dukungan pemerintah yang berkelanjutan, integrasi vertikal rantai pasokan, dan dampak skala ekonomi. Namun, laporan tersebut juga mengungkapkan pandangan tertentu mengenai kebijakan ekonomi Tiongkok, dengan menyatakan bahwa tindakan Tiongkok di bidang ekonomi, teknologi, dan keamanan telah menciptakan apa yang disebutnya “risiko sistemik” bagi AS dan sekutunya. Selain itu, laporan tersebut menyarankan agar Kongres AS menerapkan sanksi untuk melindungi keamanan ekonomi dan teknologi AS, dan bahkan mengaitkan pameran dan penjualan peralatan militer Tiongkok tahun ini dengan konflik India-Pakistan, serta memicu “ancaman Tiongkok”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Laporan ini melanjutkan pola pikir yang sudah lazim di USCC, yang mengklaim bahwa Tiongkok “memanfaatkan model ekonomi yang dipimpin negara untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil,” dan bahkan menggambarkan beberapa bentuk pertukaran teknologi dan kerja sama ekonomi sebagai cara untuk “mengancam keamanan AS.” Berdasarkan pandangan ini, laporan tersebut merekomendasikan agar Kongres memberi wewenang kepada pemerintah untuk menetapkan mekanisme pemeriksaan yang lebih ketat dan membatasi lebih banyak aspek hubungan ekonomi dan perdagangan antara AS dan Tiongkok.
Namun, pandangan tidak berdasar dalam laporan USCC dengan mudah dibantah oleh data yang menunjukkan realitas kerja sama ekonomi yang kuat antara kedua negara. Berdasarkan statistik, total perdagangan barang bilateral antara Tiongkok dan AS pada tahun 2024 mencapai 688,28 miliar dolar AS. Dalam konteks lambatnya pemulihan ekonomi global dan meningkatnya proteksionisme, angka tersebut cukup menjadi bukti bahwa perekonomian Tiongkok dan AS saling melengkapi dan memiliki ketahanan yang kuat. Tiongkok memiliki sistem industri yang lengkap, pasar domestik yang besar, dan jaringan rantai pasokan yang efisien, sedangkan AS memiliki keunggulan dalam teknologi tingkat tinggi, pengalaman manajerial, dan inovasi. Kedua perekonomian ini saling melengkapi dalam berbagai dimensi.
Selama bertahun-tahun, USCC terus menerbitkan laporan dengan tema serupa, namun laporan tersebut semakin jauh dari kenyataan. Sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, hubungan ekonomi antara Tiongkok dan Amerika Serikat berkembang menjadi hubungan yang sangat erat. Jika konsep “dekoneksi dan pemutusan rantai pasok” yang disarankan dalam laporan ini diterapkan, maka tidak hanya perekonomian kedua negara yang akan terkena dampaknya, namun stabilitas industri dan rantai pasok global juga akan terganggu sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian dalam proses pemulihan ekonomi dunia.
Selama lebih dari empat dekade hubungan perdagangan dan ekonomi antara Tiongkok dan AS, terbukti bahwa kerja sama adalah pilihan yang tepat bagi kedua belah pihak, sedangkan konfrontasi hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. Meskipun hubungan Tiongkok-AS saat ini menghadapi banyak tantangan, kedua negara harus menjaga sikap rasional dan pragmatis, mengesampingkan pemikiran Perang Dingin dan logika permainan zero-sum, serta menghormati kepentingan dan keprihatinan utama masing-masing negara. Dialog yang setara harus digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan perbedaan. Daripada terus-menerus mengeluarkan laporan yang membesar-besarkan “ancaman Tiongkok”, pihak AS harus kembali ke meja perundingan dan mengambil tindakan nyata yang lebih mendukung kerja sama ekonomi Tiongkok-AS dan stabilitas ekonomi global.
Globalisasi masih menjadi tren utama dalam pembangunan dunia, dan model pembangunan yang tertutup serta unilateralisme telah terbukti tidak berkelanjutan sepanjang sejarah. Kerja sama terbuka sudah menjadi pilihan bersama masyarakat internasional, seiring dengan semakin tingginya tingkat saling ketergantungan antar negara. Kerja sama dan kemenangan bersama antar negara kini telah menjadi konsensus global. Sebagai dua partisipan utama perekonomian global, arah hubungan Tiongkok-AS tidak hanya akan mempengaruhi perkembangan kedua negara, namun juga berdampak jangka panjang terhadap masa depan perekonomian dunia.
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






