BANDASAPULUAH.COM – Suasana khidmat dan haru menyelimuti pelaksanaan prosesi adat Babako dan Malam Bainai dalam rangkaian pernikahan Tri Wulan Defridayanti, putri dari H. Fifaldi Rajo Gamunyang dan Ibu Syafrida A.U, yang digelar di di Jatirasa, Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi, Jumat (18/7/2025).
Acara yang penuh nilai budaya ini tidak hanya menjadi momen penting bagi keluarga besar, tetapi juga menarik perhatian para tokoh perantau Pesisir Selatan.
Sejumlah petinggi Perkumpulan Keluarga Pesisir Selatan (PKPS) dan Himpunan Keluarga Batang Kapas (HKB) turut hadir dalam prosesi yang berlangsung meriah namun sarat makna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hadir di antaranya Ketua Umum DPP PKPS 2020-2025 Zulhendri Chaniago, Sekjen DPP PKPS2020-2025 Djoharly Chaniago, tokoh perantau Akmil Dt. Rajo Bungsu, Ketua DPW PKPS DKI Jakarta Roja Yesi, serta Ketua Umum HKB Bakri Maulana. Juga tampak tokoh perantau Pesisir Selatan, Ahman Nurdin, yang turut memberikan doa restu.
Ketua Umum PKPS, Zulhendri Chaniago, mengungkapkan apresiasi atas komitmen keluarga H. Fifaldi dalam melestarikan budaya Minangkabau di tanah rantau.
“Kami hadir untuk memberi semangat dan support, karena ini bukan sekadar prosesi pernikahan, tapi juga bentuk nyata pelestarian adat yang telah mengakar dari kampung halaman. PKPS akan terus hadir memperkuat silaturahmi dan persatuan warga Pesisir Selatan di manapun berada,” ujarnya.
Senada dengan itu, Sekjen PKPS Djoharly Chaniago menyebut prosesi ini sebagai bukti bahwa adat Minangkabau tetap relevan dan dihormati, meskipun dijalankan jauh dari kampung halaman.
“Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai adat tak lekang oleh waktu. Kami berharap momentum seperti ini terus dirawat, agar generasi muda tetap mengenal dan mencintai budayanya,” katanya.
Akmil Dt. Rajo Bungsu, mengapresiasi kekompakan warga Pesisir Selatan di Bekasi dalam menyukseskan acara ini.
“Kita patut bangga melihat betapa adat Minang masih dijunjung tinggi di perantauan. Ini modal sosial yang sangat penting,” ujarnya.
Ketua DPW PKPS DKI Jakarta, Roja Yesi, juga turut memberikan pandangannya.
“Prosesi Babako dan Bainai ini bukan hanya simbol tradisi, tetapi juga ajang mempererat tali batin antarperantau. Ini harus jadi inspirasi bagi generasi kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum HKB, Bakri Maulana, menegaskan pentingnya menjaga adat di rantau.
“Adat gadang tinggal di kampung, adat ketek mesti dilaksanakan di rantau. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya?” ucap Bakri dengan semangat.
Menutup suasana penuh kekeluargaan itu, Ahman Nurdin menyampaikan rasa bangga dan haru atas pelaksanaan adat yang begitu kuat maknanya.
“Saya bangga bisa menyaksikan ini langsung. Semoga Tri Wulan dan Aryza menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah, serta menjadi contoh bagi generasi Minang lainnya di tanah rantau,” pungkasnya.
Prosesi Babako, di mana pihak keluarga ayah (induak bako) memberikan restu dan nasihat kepada calon pengantin wanita, serta Malam Bainai sebagai simbol perpisahan masa lajang, menjadi pengingat bahwa di mana pun urang Minang berada, adat tetap menjadi napas kehidupan.