BANDASAPULUAH.COM – Pengamat sosial, Aznil Mardin, menilai bahwa banyak di antara dana corporate social responsibility (CSR) di Sumbar belum dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tempat perusahaan tersebut beroperasi. Ia menilai selama ini penyaluran dana CSR sebagai pencitraan perusahaan saja. Meskipun demikian, ia mencatat sejumlah perusahaan di Sumbar yang penyaluran dana CSR-nya dirasakan bermanfaat oleh masyarakat, salah satunya dana CSR Aqua di Kabupaten Solok.
Aqua memaksimalkan alokasi anggaran dana CSR untuk memberdayakan masyarakat sekitar lokasi pabrik,” kata Aznil ketika menjadi pemateri dalam diskusi dengan puluhan wartawan di RM Sederhana di Padang, Selasa (19/12).
Ia melihat bahwa Aqua, melalui dana CSR-nya, memperkenalkan warga Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok dengan budi daya tanaman kopi. Aqua tidak hanya memberikan dana CSR bagi masyarakat setempat, tetapi juga mengawal penggunaan dana tersebut dari penanaman kopi, pembangunan rumah produksi kopi, hingga pemasarannya.
“PT Tirta Investama atau Aqua melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi pabriknya dengan melihat potensi yang ada. Ini membuat keberadaan perusahaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar pabrik,” tutur dosen Universitas Negeri Padang tersebut.
Mengenai dana CSR yang tidak tepat sasaran, Aznil memandang bahwa hal tersebut salah satu pemicu konflik antara masyarakat dan investor karena masyarakat tak merasakan manfaat keberadaan perusahaan di tempat tinggal mereka.
Diskusi tersebut diselenggarakan oleh Ruang Diskusi Anak Nagari. Temanya “Tantangan Investasi dan Pembangunan Ekonomi di Sumatera Barat”. Pemateri lainnya ialah Egi Juniardi dari Bidang Perencanaan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Sumbar dan Egi Juniardi, Ketua Bidang Ekonomi Digital DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumbar.
Egi mengatakan bahwa persoalan industri kreatif perlu disuarakan lebih lantang. Menurutnya, Sumbar tidak punya narasi yang kuat tentang arah pembangunan ekonomi daerah dan tentan agaimana seharusnya memaksimalkan SDM di bidang industri kreatif.
Ia menyebut investasi erat hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Baginya, investasi dapat meningkatkan produktivitas dan menghadirkan industri-industri, kemudian menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan sehingga terjadi perputaran ekonomi.
Dalam diskusi itu ia menyebut masih rendahnya Indeks Pembanguan Manusia (IPM) di Sumbar. Menurutnya, hal itu juga menjadi faktor investasi kurang banyak di Sumbar.
Ketua Ruang Diskusi Anak Nagari, Afrizal, mengatakan bahwa organisasi tersebut merupakan jembatan komunikasi antara anak muda, pemerintah, dan kalangan swasta untuk berpartisipasi dalam kemajuan pembangunan publik. Ia melihat Sumbar memiliki banyak potensi investasi, seperti sumber daya alam, pertanian, perdagangan, yang dapat memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumbar.
“Investasi bukan sekadar transaksi finansial, melainkan juga pintu masuk yang memandu perkembangan sebuah daerah. Pertumbuhan industri, sebagai indikator utama aktivitas ekonomi, memberikan daya ungkit signifikan. Kenaikan investasi turut menggerakkan roda perekonomian, menanam modal, dan meningkatkan produksi barang dan jasa,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa peningkatan produksi menjadi kunci utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam suatu ekosistem ekonomi, investasi membawa dampak melalui efek domino. Penanaman modal tidak hanya menciptakan lahan pekerjaan baru, tetapi juga mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan perdagangan.