Bandasapuluah.com – Anggota DPRD Kabupaten Pesisir Selatan Ikal Jonedi menyatakan, pernyataannya ke media terkait pembangunan Pasar Surantih yang tidak kunjung dilanjutkan bukan untuk mencari panggung. Apalagi untuk mencari perhatian publik demi mendulang suara.
Ia menegaskan, semua itu ia lakukan semata-mata untuk pembangunan pasar terbesar di Kecamatan Sutera tersebut. Dikatakan Ikal, Pasar Surantih merupakan pusat perdagangan masyarakat Kecamatan Sutera dan ribuan jiwa menggantungkan hidupnya pada pasar tersebut. Jika tidak dilanjutkan pembangunannya, tentunya berdampak buruk pada perekonomian masyarakat setempat.
“Kenapa tidak dilanjutkan. Tentunya ini menjadi pertanyaan kita bersama. Ada apa? Jangan jadikan ini alasan yang tidak masuk akal. Kami kasihan dengan masyarakat, mereka berdagang masih beratapkan langit dan berlantaikan tanah,” kata Ikal pada bandasapuluah.com, Rabu (1/3).
Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPRD Pessel itupun menyampaikan kronologi Musrenbang Kecamatan Sutera yang dihadiri Bupati Pessel Rusma Yul Anwar pada Rabu (22/2) lalu.
Dimana dalam forum itu, ia dituding diam dan tidak mempertanyakan kelanjutan pembangunan Pasar Surantih saat bupati memaparkan hal tersebut.
Ikal menerangkan, paparan Rusma Yul Anwar terkait pembangunan Pasar Surantih disampaikan dalam sambutan ketika membuka Musrenbang. Bukan dalam forum diskusi yang memungkinkan untuk tanya-jawab.
“Sehingga tidak mungkin kita sanggah dalam kesempatan itu. Itu forum yang terhormat, tentu etika yang kita kedepankan,” ucapnya lagi.
Musrenbang dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Rusma Yul Anwar selesai menyampaikan sambutannya sekitar pukul 11.45 WIB. Selepas bupati menyampaikan bupati, acara pun diskor untuk istirahat, sholat dan makan (ishoma).
Selepas ishoma, bupati dan para OPD yang mendampingi tidak lagi di dalam kesempatan tersebut. Semua OPD itu, juga ikut pergi setelah kepala daerah meninggalkan forum itu.
“Sehingga tidak ada waktu oleh para hadirin termasuk saya untuk mempertanyakan kenapa bisa pembangunan dihentikan. Lagi pula tidak ada musyawarah atau pembahasan, kegiatan itu hanya menyampaikan hasil dari Musrenbang di nagari-nagari, sekadar seremonial saja, ” katanya.
Bahkan, ulah OPD yang tidak lagi hadir dalam Musrenbang itu membuat tokoh Sutera seperti Saidal Masfiyuddin dan Firman Dalil jengkel. Mereka mempertanyakan sikap para OPD yang dijadwalkan akan menyampaikan materi terkait pembangunan di Kecamatan Sutera.
“Jadi apa yang ditanyakan, bupati dan OPD selepas ishoma sudah tidak ada. Apanya yang terang benderang, semua masih belum memiliki kejelasan,” ungkapnya.
Aasan Pasar Surantih tidak dilanjutkan, karena dianggap tidak lengkap administrasi dan takut hal itu bakal menjadi temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) telah dibantahnya.
Menurutnya, terkait administrasi dan lahan semuanya sudah selesai dengan niniak mamak dan tidak ada persoalan hingga saat ini. Sebab, lahan tersebut merupakan tanah ulayat adat.
“Terkait kelanjutan pembangunan Pasar Surantih sebenarnya tidak ada persoalan. Bahkan, tokoh masyarakat, niniak mamak, dan lembaga KAN Kenagarian Surantih beserta jajaran sangat menyokong pembangunan pasar tersebut dengan catatan tidak menghilangkan lambang Pasar Nagari Surantih dengan status milik nagari setempat. Hal ini juga tertuang dalam berita acara kesepakatan pada 7 Agustus 2020 lalu,” sambungnya.
Selaku masyarakat setempat, ia mengaku kecewa dengan kebijakan pemerintahan Bupati Rusma Yul Anwar yang terkesan tidak memikirkan nasib masyarakat Pesisir Selatan yang notabenenya merupakan pedagang.
“Padahal masyarakat Sutera sebagian besar menopangkan hidupnya dengan cara berdagang di pasar tersebut,” pungkasnya.