“Peningkatan produktivitas harus berjalan beriringan dengan hilirisasi. Mulai dari penyediaan bibit unggul, penerapan teknologi budidaya modern, hingga pembinaan kelompok tani, semuanya harus ditingkatkan. Jika produktivitas tinggi dan kualitas terjaga, maka rantai nilai yang masuk ke industri hilir akan semakin kuat,” ungkap Risnaldi.
Menurutnya, rata-rata produktivitas gambir petani Pesisir Selatan masih bisa didorong lebih tinggi dengan intervensi teknologi tepat guna. Dengan begitu, hasil gambir tidak hanya meningkat dari sisi kuantitas, tetapi juga memenuhi standar kualitas internasional.
“Pesisir Selatan punya lahan 10 ribu hektare yang bisa dioptimalkan. Jika produktivitas meningkat, maka potensi ekonomi yang kita peroleh juga berlipat ganda,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Risnaldi juga mengajak para petani muda agar tidak ragu menggeluti sektor perkebunan gambir, karena prospeknya sangat menjanjikan.
“Ke depan, gambir tidak lagi dipandang sebagai komoditas tradisional, melainkan komoditas masa depan yang menopang perekonomian daerah dan membuka lapangan kerja baru,” katanya.
Dengan strategi hilirisasi yang dipadukan dengan peningkatan produktivitas, Risnaldi optimistis Pesisir Selatan dapat menjadi salah satu pusat industri gambir modern di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dalam kuliah umum di Unand (16/9) juga menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pengembangan gambir.
Ia menyebut anggaran telah disiapkan untuk pembangunan pabrik pengolahan di Sumbar, sekaligus sebagai tindak lanjut arahan Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan nilai tambah komoditas unggulan pertanian.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan berharap dukungan penuh dari pemerintah pusat, termasuk pembangunan fasilitas modern dan pembinaan petani, agar potensi gambir sebagai komoditas unggulan daerah dapat dimaksimalkan secara berkelanjutan.
Halaman : 1 2






