FIKIR.ID – Belakangan ini beberapa akun menfess mempertanyakan tentang jajanan apa saja yang sudah dikonsumsi anak di usia 2 tahun. Menfess merupakan sebuah akun twitter base di mana para pengguna Twitter dapat mengirimkan pesan melalui direct message (DM) yang nantinya akan terunggah melalui cuitan secara otomatis dan anonim pada akun menfess tersebut.
Cuitan yang berasal dari salah akun menfess @tanyakanrl, dalam cuitan tersebut mempertanyakan jajanan anak dan diserbu beberapa akun warganet yang berkomentar menceritakan jajanan yang disukai oleh anak, keponakan, dan hingga tetangganya.
“Tanyarl – kalo sepupuku suka minta cilung baru serayanza” tulis akun twitter tersebut disertai gambar teks bertuliskan “sepupuku 2 tahun udah pinter minta jajan, kalau anak/sepupu/ keponakan/tetangga yg usianya kurang dr 2 tahun uda suka jajan apa?” itu, pada Selasa (20/06/2023).
Lantas, warganet ramai menceritakan jajanan yang disukai oleh anak berusia 2 tahun di lingkungannya. Di usia yang masih sangat kecil, anak-anak tersebut sudah mengonsumsi berbagai makanan yang tidak seharusnya dikonsumsi di usianya. Dari susu UHT, permen jeli, hingga jajanan lokal yang lewat di depan rumah, bahkan kental manis yang masih dianggapnya sebagai susu.
“adek aku yang umur 2 tahun sukanyaa susu kental manis, gatau dia suka bngt, pagi siang sore malem mintanya susu kental manis trs ” komentar salah satu warganet.
Banyak jajanan tersebut mengandung jumlah gula, lemak jenuh, dan garam yang berlebihan, terlebih kental manis. Salah satu komentar bahkan menunjukkan bahwa masih ada konsumsi kental manis untuk anak usia dibawah 2 tahun secara rutin pagi, siang, sore, hingga malam hari. Hal ini tentu masih dipersepsikan sebagai minuman susu untuk anak.
Banyak orang tua sering beranggapan bahwa mengenalkan jajanan kepada anak sejak dini dapat meningkatkan daya tahan sistem pencernaannya. Oleh karena itu, sebagian besar orang tua membiarkan anak-anak mereka mengkonsumsi makanan ringan yang dijual di pinggir jalan, tanpa memperdulikan kebersihan dan nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Jika anak-anak terbiasa mengonsumsi jajanan ini secara teratur, mereka dapat mengalami masalah kesehatan seperti obesitas, kekurangan gizi, atau masalah pencernaan lainnya.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), mengatakan bahwa saat ini penyakit sindrom metabolik sudah mengintai banyak anak-anak di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pola makan yang kurang baik dengan sumber asupan yang tinggi gula dan lemak seperti pada junk food dan jajanan.
“Masalah junk food itu masalah global. Tekanan industri makanan itu luar biasa. Di minimarket snack-snack yang dikonsumsi betul-betul tinggi gula dan lemak trans yang sangat inflamatif. Ini yang seiring meningkatnya kasus sindrom metabolik meningkat,” ujar Piprim dalam Media Briefing virtual bersama Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), Selasa 17 Januari 2023.
Pasalnya, anak yang masih kecil belum mengerti mana yang baik untuknya, orang tuanyalah yang harus tegas jika anak meminta jajanan yang tidak untuk seusianya.
Sebagai orang tua, penting untuk memperhatikan kebersihan dan nutrisi makanan yang dikonsumsi anak-anak. Sebaiknya memilih makanan yang disiapkan dengan higienis dan memperhatikan komposisi gizi yang seimbang. Anak-anak sebaiknya diperkenalkan dengan makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan sumber protein yang baik seperti susu yang bukan kental manis, daging tanpa lemak, ikan, atau kacang-kacangan.