BANDASAPULUAH.COM — Minang Diaspora Network-Global (MDN-G) bersama Human Initiative Indonesia, Ikatan Keluarga Minang Saiyo Sydney (IKMSS), Surau Sydney Australia (SSA), Universitas Yarsi Jakarta, serta sejumlah lembaga kemanusiaan nasional dan internasional menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat terdampak banjir dan longsor di berbagai wilayah Sumatera Barat.
Kegiatan ini dilakukan seiring kunjungan langsung ke lokasi bencana pada 5–7 Desember 2025.
Presiden Minang Diaspora Network-Global sekaligus Rektor Universitas YARSI Prof Fasli Jalal memimpin langsung peninjauan lapangan ke sejumlah daerah terdampak, khususnya di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.
Ia menyampaikan bahwa bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatera Barat telah menimbulkan dampak luar biasa, tidak hanya merusak rumah warga, tetapi juga melumpuhkan aktivitas sosial, pendidikan, dan keagamaan masyarakat.
“Teman-teman tentu sudah banyak melihat dan mendapatkan informasi dari televisi, media cetak, maupun media sosial. Namun ketika turun langsung ke lapangan, dampaknya jauh lebih terasa. Bencana ini benar-benar memukul sendi kehidupan masyarakat,” ujar Fasli Jalal.

Ia kemudian menggambarkan kondisi lapangan melalui pengalaman nyata salah seorang penyintas bencana, Pak Zul, warga Nagari Salareh Air, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.
Setelah 22 tahun berusaha di bidang garmen di Jakarta, Pak Zul kembali ke kampung halaman dan membangun rumah sekaligus mengembangkan kegiatan sosial berupa Rumah Tahfiz dengan 32 murid serta lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan 11 murid. Seluruh kegiatan tersebut berjalan dengan baik sebelum bencana banjir dan longsor melanda wilayah tersebut.
“Video sebelum bencana memperlihatkan aktivitas Rumah Tahfiz dan keceriaan anak-anak PAUD di lingkungan sekolah mereka. Namun setelah bencana, semua berubah. Inilah gambaran nyata betapa berat beban yang ditanggung masyarakat,” kata Fasli Jalal.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap dampak psikologis bencana, khususnya bagi anak-anak, Universitas Yarsi mengirimkan tim trauma healing dan trauma counselling ke lokasi terdampak.
Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Yayasan Qolbun Salim Jakarta. Bantuan yang dibawa meliputi berbagai alat permainan edukatif, makanan untuk anak-anak, tikar untuk kegiatan pembelajaran, serta tambahan pakaian seragam bagi guru-guru PAUD dari delapan lembaga PAUD yang terdampak bencana.
Fasli Jalal juga menyampaikan bahwa di tengah situasi sulit tersebut, ia merasakan kuatnya kebersamaan dan solidaritas antarorganisasi kemanusiaan dari berbagai daerah dan latar belakang. Menurutnya, kebersamaan inilah yang menjadi kekuatan utama dalam membantu masyarakat bertahan dan bangkit pascabencana.
“Saya merasakan sendiri bagaimana indahnya kebersamaan itu. Banyak organisasi hadir dengan semangat yang sama, bekerja tanpa sekat demi kemanusiaan,” ujarnya.
Dalam aksi kemanusiaan ini, Universitas Yarsi menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga, di antaranya Human Initiative Indonesia, Baitul Maal Merapi Merbabu (BM3) Yogyakarta, Global Insan Cita Foundation (GICF), Minangkabau Diaspora Network Global (MDNG), serta komunitas diaspora Minang di berbagai negara.
Selain di Kabupaten Agam, dampak kerusakan parah juga terlihat di kawasan Lembah Anai, perbatasan antara Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar.
Fasli Jalal menjelaskan bahwa akses jalan utama di kawasan tersebut terputus akibat longsor. Dalam perjalanannya dari Palembayan menuju Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, ia harus memutar melalui Kota Padang karena jalur Lubuk Basung–Matur terputus di Sungai Batang Maninjau.
“Saya diantar dari Padang hingga ke pintu jalan yang runtuh. Setelah itu terpaksa berjalan kaki sekitar satu kilometer melewati jalan setapak dan beberapa titik jalan putus, sebelum akhirnya bisa melanjutkan perjalanan dengan kendaraan menuju Kecamatan Matur,” jelasnya.
Dalam laporan resmi kepada keluarga besar Minang Diaspora Network-Global, Fasli Jalal menyampaikan bahwa banjir dan galodo telah melanda sejumlah daerah di Sumatera Barat, di antaranya Kota Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Solok, Tanah Datar, dan Pasaman Barat.
Ketinggian air di beberapa kawasan permukiman dilaporkan mencapai lebih dari satu meter, menyebabkan ribuan warga mengungsi serta banyak keluarga kehilangan rumah dan akses terhadap makanan.
Sebagai bentuk kepedulian perantau Minang terhadap kampung halaman, MDN-G bekerja sama dengan Human Initiative Indonesia membuka program Bantuan Peduli Sumbar. Program ini mencakup penggalangan dana, distribusi bantuan, serta berbagai program kemanusiaan lainnya guna membantu masyarakat terdampak bencana.
“Kebutuhan mendesak masyarakat saat ini meliputi makanan hangat, perlengkapan kebersihan, serta dukungan evakuasi dan penyisiran di wilayah terdampak,” ujar Fasli Jalal.
Direktur Eksekutif Minang Diaspora Network-Global, Burmalis Ilyas, menambahkan bahwa program kemanusiaan ini melibatkan partisipasi aktif diaspora Minang dari berbagai belahan dunia, termasuk IKMSS dan Surau Sydney Australia. Selain itu berbagai ormas minang diberbahai negara seperti Perantau Minang Belanda, Jaringan Masyarakat Minangkabau Malaysia (JM3) dan komunitas Minang di luar negeri lainnya juga melakukan fundraising untuk korban bencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menambahkan, pengelolaan bantuan dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab.
“Bantuan ini adalah wujud gotong royong perantau Minang untuk dunsanak di ranah. Kami memastikan setiap dukungan yang masuk dapat segera disalurkan sesuai kebutuhan di lapangan,” kata Burmalis Ilyas.
Sejumlah tokoh dan anggota diaspora Minang telah menyatakan dukungan melalui donasi, baik dari dalam maupun luar negeri, sebagai bagian dari upaya meringankan beban masyarakat Sumatera Barat yang terdampak bencana.
Melalui aksi kemanusiaan ini, Minang Diaspora Network-Global bersama para mitra menegaskan komitmennya untuk terus hadir mendampingi masyarakat Sumatera Barat di masa sulit.
“Sekecil apa pun bantuan yang diberikan, insya Allah sangat berarti bagi para penyintas. Ini adalah wujud kepedulian dan cinta perantau Minang kepada kampung halaman,” tutup Burmalis.






