Tan Sri Rais Yatim: Minangkabau Harus Bangkit Menatap Cakrawala Sejarah dan Budaya

Minggu, 20 Juli 2025 - 22:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANDASAPULUAH.COM – Seminar Budaya Minangkabau yang diselenggarakan oleh Rangkayo Minang Indonesia pada Jumat (18/7/2025) di Aula Universitas YARSI, Jakarta, menghadirkan refleksi mendalam tentang arah masa depan budaya dan identitas Minangkabau.

Mengusung tema “Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini”, kegiatan ini menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh dari kalangan intelektual, agamawan, budayawan, hingga pejabat pemerintahan.

Sebagai keynote speaker, Tan Sri Dato’ Seri Utama Dr. Rais Yatim menyampaikan orasi kebudayaan yang menggugah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tan Sri Dato’ Seri Utama Dr. Rais Yatim membuka paparannya dengan menyampaikan pandangan luas mengenai entitas Minangkabau sebagai bagian penting dari sejarah Sumatra, Nusantara, dan Indonesia secara umum.

Rais Yatim memulai dengan menyinggung jumlah orang Minangkabau yang, menurutnya, bisa mencapai lebih dari 15 juta jiwa jika dihitung secara global, termasuk mereka yang berada di Sumatra Barat dan di rantau.

Ia mengutip bahwa menurut Gubernur Sumatra Barat tempo hari, terdapat sekitar 5,5 juta penduduk Minang di Sumbar, dan diperkirakan sekitar 6 juta di perantauan.

Namun, ia mengingatkan bahwa angka ini tidak pernah ditetapkan secara resmi dan bukan hal yang mesti dipersoalkan, karena yang lebih penting adalah pengakuan bahwa orang Minang telah tersebar luas dan berkontribusi besar di berbagai tempat.

Salah satu diaspora terbesar orang Minang, katanya, adalah di Negeri Sembilan, Malaysia, yang telah dihuni oleh perantau Minang sejak abad ke-14. Mereka membentuk sembilan suku berdasarkan asal kampung halaman di ranah Minang—seperti Tanah Datar, Seri Lamak, Seri Malendang, Payakumbuh, dan lainnya.

Meskipun sistem sukunya berbeda dengan yang ada di ranah Minang, namun adat perpatih nan sabatang tetap diwariskan dan dipraktikkan. Di Negeri Sembilan sendiri, katanya, terdapat sekitar 1,5 juta penduduk yang bisa dikategorikan sebagai dunsanak, meskipun bahasa yang mereka gunakan tidak persis sama.

Beranjak dari diaspora, Rais masuk ke inti pokok pemikirannya: Minangkabau adalah bangsa lama, bukan bangsa baru. Namun, ia menyayangkan bahwa pengetahuan orang Minang terhadap sejarahnya sendiri sangat terbatas, karena mayoritas penulisan sejarah baru dimulai setelah kedatangan Islam.

Sebelumnya, ada catatan seperti makam Haji Barman yang wafat pada 1375 di Batu Nan Bapahat, yang inskripsinya ditulis dalam bahasa Sanskerta. Selain itu, tak banyak yang ditulis mengenai asal usul para pendiri adat seperti Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan, ataupun sejarah terbentuknya suku-suku seperti Koto Piliang dan Bodi Chaniago.

Ia menyinggung bahwa sumber dari abad ke-12 menyebut bahwa Minangkabau kemungkinan telah ada sejak abad ke-12 atau ke-13, namun sebelumnya disebut dengan nama lain. Ia menyatakan bahwa orang Minang zaman dahulu hidup berdasarkan tradisi, dengan falsafah yang dalam, yang mengajarkan bahwa alam menjadi guru: “Pisau rawik sibungkuak ulu, bantang tilam di tangah laman, pasia jo lawik manjadi guru, alam takambang manjadi pangalaman.” Menurutnya, orang Minang dahulu dikenal memiliki makrifat tinggi dan ilmu yang dalam, namun banyak yang tidak lagi dikenali sekarang.

Klik selanjutnya untuk melanjutkan membaca…

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sengaja Budi Syukur Dorong Acara Adat Jadi Daya Tarik Budaya di Pesisir Selatan
Afrizal Terpilih sebagai Ketua Umum DPP IKAPSO Periode 2025–2030
Baralek Gadang Putrinya Sukses dan Penuh Makna, Fifaldi Apresiasi Kekompakan Dunsanak di Rantau
Meriah dan Penuh Makna, Babako dan Bainai Tri Wulan Dihadiri Petinggi PKPS
Persaingan Ketua KONI Pessel Makin Dinamis, Rodi Chandra Resmi Nyatakan Maju
HKB dan Tokoh Perantau Apresiasi Suksesnya Prosesi Adat Pernikahan Tri Wulan dan Aryza
Buya Afrizal Moetwa: PERTI Sumbar Perlu Dipimpin oleh Sosok yang Punya Banyak Waktu
HKB Apresiasi Pelestarian Adat Minangkabau dalam Prosesi Pernikahan Tri Wulan dan Aryza

Berita Terkait

Sabtu, 26 Juli 2025 - 14:03 WIB

Sengaja Budi Syukur Dorong Acara Adat Jadi Daya Tarik Budaya di Pesisir Selatan

Senin, 21 Juli 2025 - 20:37 WIB

Afrizal Terpilih sebagai Ketua Umum DPP IKAPSO Periode 2025–2030

Minggu, 20 Juli 2025 - 22:14 WIB

Tan Sri Rais Yatim: Minangkabau Harus Bangkit Menatap Cakrawala Sejarah dan Budaya

Minggu, 20 Juli 2025 - 13:05 WIB

Baralek Gadang Putrinya Sukses dan Penuh Makna, Fifaldi Apresiasi Kekompakan Dunsanak di Rantau

Sabtu, 19 Juli 2025 - 13:04 WIB

Meriah dan Penuh Makna, Babako dan Bainai Tri Wulan Dihadiri Petinggi PKPS

Berita Terbaru

Adat

Hendrajoni Hadiri Pengukuhan 13 Datuak di Surantih

Sabtu, 26 Jul 2025 - 21:43 WIB