Sejak Kongres pertama Minang Diaspora Sedunia di Melbourne tahun 2018 yang hanya diikuti perwakilan dari 12 negara, jumlah negara yang terlibat terus berkembang.
Pada Kongres kedua tahun 2024 di Padang, telah hadir perwakilan dari lebih 22 negara. Ini menunjukkan jaringan diaspora Minang semakin kuat dan tersebar luas.
“Jaringan ini memungkinkan kita saling berkomunikasi, bermitra, dan mendukung kemajuan bersama, baik di rantau maupun di kampung halaman. Banyak yang pulang membawa modal dan pengalaman, lalu mengabdi di nagari,” kata Prof. Fasli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia juga menekankan bahwa karakter perantau Minang masa kini berbeda dari masa lalu. Kini banyak yang menjadi profesional di luar negeri, bukan hanya bekerja sebagai buruh atau asisten rumah tangga. Mereka membawa ilmu, koneksi, dan potensi investasi.
Mengutip pepatah Minang, “Karatau madang diulu, babuah babungo balun. Karantau bujang dahulu, dikampuang baguno balun,” Prof. Fasli berharap semangat merantau terus hidup dan menjadi bagian dari strategi pembangunan sumber daya manusia Minangkabau.
“Rantau Dipajauah adalah semangat baru. Merantau bukan hanya untuk sukses pribadi, tapi juga untuk membawa perubahan bagi tanah kelahiran,” tutupnya.
Halaman : 1 2