Bandasapuluah.com – Hampir delapan tahun bangunan belakang Sekolah Dasar Negeri (SDN) 28 Pasar Surantih , Kecamatan Sutera menjadi penahan ombak. Hingga kini, belum ada solusi dari pemerintah daerah setempat untuk menangani masalah tersebut.
Padahal, Bupati Pesisir Selatan Rusma Yul Anwar berlatar belakang pendidik. Akan tetapi, memasuki tahun ketiga kepemimpinannya, permasalahan tersebut juga belum terselesaikan.
Anggota DPRD Pesisir Selatan (Pessel), Ikal Jonedi mengaku geram terhadap pemerintah daerah setempat yang terkesan lamban menyikapi kondisi tersebut.
“Padahal Bupati Rusma Yul Anwar latar belakangnya adalah seorang pendidik. Bahkan beliau juga pernah menjabat Kadis Pendidikan. Namun faktanya, sampai sekarang persoalan ini tidak terselesaikan,” ujar Ikal Jonedi saat meninjau langsung kondisi SDN 28 Pasar Surantih, Selasa (28/2).
Ikal menilai, tidak ada sedikitpun itikad baik dari Pemkab Pessel untuk mencarikan solusi terhadap bangunan sekolah yang terancam abrasi itu.
Menurutnya, Bupati Rusma Yul Anwar bersama perangkat daerahnya mesti paham dan peka terhadap isu-isu pendidikan. Apalagi, terkait kondisi sekolah yang merupakan wadah proses belajar mengajar (PBM).
“Tentunya kondisi bangunan sekolah yang kokoh dan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas menjadi penyejuk saat anak-anak mengikuti proses belajar mengajar,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ikal menilai, hal ini jangan hanya dijadikan jargon untuk menarik simpatik masyarakat di tahun politik saja. Ia berharap Rusma Yul Anwar bisa menyikapi hal ini dengan baik.
Sebagai wakil rakyat di daerah setempat, Ikal sebelumnya sudah berupaya membangun batu penahan ombak dengan dana pokir miliknya sebanyak dua kali. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama, karena terus saja tergerus ombak.
“Kondisi ini juga sudah saya sampaikan langsung ke BPBD, Dinas Pendidikan, PU, bahkan tingkat Balai. Namun hingga kini tidak ada tanggapan,” katanya.
Ia berharap, kondisi SDN 28 Pasar Surantih itu harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Sebab, ratusan murid dan puluhan guru masih memanfaatkan bangunan sekolah tersebut untuk proses belajar mengajar.
“Jika tidak direlokasi atau dicarikan solusinya, maka saya khawatir air pasang bakal masuk ke dalam sekolah sehingga mengganggu proses belajar mengajar siswa. Apalagi atapnya sebagian sudah ada yang bocor,” tuturnya.
Wali Nagari Surantih, Amsuardi, mengatakan hal senada, terkait kondisi bangunan sekolah tersebut, ia mengaku sudah sering mengusulkannya pada setiap kegiatan Musrenbang, baik di tingkat nagari maupun kecamatan. Namun, sampai saat ini belum ada realisasi.
“Ya, kami dari nagari juga sering mengusulkannya pada setiap Musrenbang. Namun belum ada tanggapan hingga saat ini,” katanya.