Bandasapuluah.com – Apa yang terpikir bila mendengar kata “Sanggar”? Mungkin yang dipikirkan pertama kali ialah sanggar musik atau tari. Lantas bagaimana kalau ada yang bernama Sanggar Terate?
Sanggar Terate merupakan sarana bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di wilayah Tapan, Pesisir Selatan, Sumatera Barat untuk mengaplikasikan ajaran PSHT ke masyarakat khususnya kesenian dan beladiri (silek).
Berdirinya sanggar ini atas prakarsa Noli Anjalka Indra yang merupakan seorang atlet yang pernah meraih medali emas di tingkat wilayah Sumatra Barat pada 6 Juli 2018 lalu. Pendiriannya mendapatkan dukungan penuh oleh Riko Andika Putra selaku Ketua Ranting Tapan dan didukung pula pengurus serta Dewan Cabang PSHT Pesisir Selatan serta mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan pemerintah setempat.
Noli menjelaskan dasar lahirnya Sanggar Terate terinspirasi dari filosofi dari bunga teratai itu sendiri. Bunga teratai, sebutnya, mampu untuk hidup di berbagai kondisi dan situasi.
“Sehingga ini tidak menjadi hambatan dalam mengembangkan keahlian kadang warga PSHT se-Sumbar khususnya dan Indonesia pada umumnya dalam bidang kesenian dan beladiri dan ini ditunjukkan dalam implementasinya sanggar terate selalu berkegiatan baik dan bermanfaat,” jelas Noli.
Selain itu, sambungnya, PSHT sebenarnya mempunyai kaitan yang erat dengan Ranah Minang. Hal itu terlihat dari aliran Setia Hati termasuk PSHT yang mengandung beberapa unsur gerakan Silek Minangkabau.
Diceritakan Noli, pendiri ajaran Setia Hati, Ki Ngabei Surodiwiryo (Eyang Suro) pernah menimba ilmu silat aliran Minang pada Datuak Rajo Batuah.
Bahkan pada awalnya Eyang Suro tidak diterima secara langsung sebagai murid Datuak Rajo Batuah. Hingga akhirnya kegigihan beliau membuat Datuak Rajo Batuah menerima dan mengajarkan ilmu beladiri kepada Eyang Suro.
“Latar belakang tersebut yang melandasi semangat dulur dulur di Tapan mendirikan Sanggar Terate,” terangnya.
Sanggar Terate memiliki beberapa kegiatan rutin seperti kajian bulanan, training center, pertemuan mingguan, hingga safari ramadan.
Sementara kegiatan tidak rutin yang dilakukan seperti pertunjukan seni, bakti sosial, hingga ikut dalam event pencak silat di wilayah Sumatera Barat.
“Bahkan menjadi pelapor dalam kegitan yang bersifat bermanfaat baik secara internal maupun eksternal, serta terlibat kreatif dalam perkembangan, dan percepatan kemajuan baik di sisi maya maupun nyata,” pungkasnya.
(bsp/*)