Persiapkan Sitasi 2021, BPS Padang Panjang Latih Petugas Survei Selama Tiga Hari

Redaksi
13 Sep 2021 13:08
Berita 0 18
2 menit membaca

Bandasapuluah.com, Padang Panjang – Menjelang pelaksanaan Survei Pertanian Terintegrasi (Sitasi) 2021 yang direncanakan dimulai pada tanggal 20 September ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Padang Panjang menggelar pelatihan bagi tim survei selama tiga hari, 13-15 September Hotel Santika Bukittinggi.

Dibuka Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat, Herum Fajarwati pelatihan ini diikuti 26 peserta yang terdiri dari enam pengawas lapangan, dan 20 pencacah lapangan.

“Dari 26 orang itu, 22 orang Mitra Statistik, empat orang pegawai BPS Padang Panjang,” jelas Kepala BPS Kota Padang Panjang, Arius Jonnaidi.

Arius Jonnaidi mengatakan Sitasi merupakan survei terpadu yang digunakan sebagai dasar terciptanya sistem statistik pertanian yang efisien untuk mempercepat perbaikan kualitas data pertanian.

Sementara itu dalam sambutannya, Herum Fajarwati mengatakan pelaksanaan Sitasi ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia sebagai implementasi atas rekomendasi Badan Pangan Dunia (FAO) agar negara-negara di dunia melaksanakan Agricultural Integrated Survey (AGRIS) atau Survei Pertanian Terintegrasi (Sitasi). Sehingga ada keterbandingan kondisi pertanian global di seluruh dunia.

“Kebutuhan data statistik di bidang pertanian yang lebih lengkap, lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat telah diketahui secara luas. Kemajuan dalam mengakses informasi pun semakin membuat kesenjangan terhadap data pertanian yang dihasilkan. Sejalan dengan sistem informasi pertanian yang mendekati real time berdasarkan remote sensing dan sensor lainnya, ketersediaan data yang terstandardisasi dan tervalidasi secara internasional sangat dibutuhkan,” ucapnya.

Lebih lanjut Herum menjelaskan, statistik pertanian pada umumnya didapatkan melalui tiga sumber utama. Yaitu: sensus, monograf pada pertanian tertentu, dan survei tahunan. Pada umumnya terjadi penurunan kualitas data yang dihasilkan di seluruh dunia karena keterbatasan biaya. Hal ini menyiratkan perlunya pemantauan indikator pertanian dengan menggunakan biaya pengumpulan data yang lebih hemat serta metode analisis yang lebih baik.

“Survei ini dilaksanakan setelah berhasil melaksanakan uji coba di tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) pada tahun 2020. Akhirnya kita sampai di tahapan pelaksanaan Sitasi pada tahun 2021 ini,” ungkapnya. (rls)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *