Painan, Bandasapuluah.com – Pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari setahun di Indonesia telah membuat kegiatan belajar mengajar tatap muka di perguruan tinggi ditiadakan. Solusinya, para mahasiswa harus belajar dalam jaringan (daring) dari rumah masing-masing.
Salah satu mahasiswa yang terdampak kebijakan tersebut adalah Jeki Candra, S Hum. Mahasiswa semester akhir dalam perkuliahan di Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang tersebut memilih pulang kampung setelah perkuliahan tatap muka ditiadakan pada Maret 2020 lalu.
Dikampung, setelah mengikuti perkuliahan secara daring, Jeki begitu ia disapa, mengisi waktu luangnya dengan aktivitas di sektor pertanian cabai. Adapun aktivitas ini dinamakanya program “Satu Tahun di Kampung”.
“Sebab, saya berharap setelah lebaran Idul Fitri atau Idul Adha ini bisa kembali ke Padang dan berharap sudah bisa kuliah secara tatap muka,” ujar lulusan terbaik UIN Imam Bonjol Padang tersebut.
Tak hanya itu, selama dikampung Jeki juga memanfaatkan rawa-rawa yang selama ini tidak produktif dijadikanya kolam ikan. Semua itu dipelajarinya secara otodidak melalui berbagai video di youtube.
Hal itu wajar, mengingat Jeki bukanlah seorang mahasiswa ataupun lulusan jurusan pertanian atau sejenisnya. Ia merupakan lulusan Sejarah Kebudayaan Islam di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang.
Berkat hobi sejak kecil dan kenyamanan tersendiri dalam dunia pertanian, ia tertarik menanam cabai sejak April 2020 lalu. Hingga kini, ia telah tiga kali penanaman.
Ia pernah merasakan kegagalan dalam dunia yang ia geluti tersebut. Ketika buah cabainya sedang lebat-lebatnya, akhirnya harus mati karena banjir yang terjadi di kampungnya beberapa waktu lalu.
Namun hal ini tidak menyurutkan semangat pemuda tangguh itu. Karena baginya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.
Walaupun ilmu yang ia miliki tidak seperti ahli pertanian, namun dengan kehadirannya, ia bisa mengajak serta membimbing beberapa generasi muda untuk ikut bersamanya dalam dunia pertanian.
Jeki saat ini sedang membina 6 orang petani pemula dalam budidaya cabe di kampungnya. Dianggap mentor oleh kelompoknya, ia rutin berbagi ilmu terkait bagaimana dalam pengolahan, pemupukan, dan perawatan cabai. Dalam kelompoknya itu, ada sekitaran 12 ribu batang cabai yang siap panen dan diperkirakan akan panen raya setelah lebaran ini.
Ia menyebut menjadi petani cabai memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan. Untuk itu, ia berharap agar generasi muda jangan menganggap jadi petani itu sebelah mata.
“Sangat menjanjikan bila dikerjakan dengan profesional dan tekun,” sebutnya.
Setiap hari, Jeki secara teratur menyangkul satu jam untuk membuat kolam ikan, 2 jam di pagi dan sore hari untuk merawat cabai. Dengan begitu, ia bisa membagi waktu dengan baik. Hal yang patut kita contoh darinya.
Untuk mendalami ilmu pertaniannya, ia berharap ada para dermawan, pihak kampus pertanian untuk memberikan fasilitas supaya ia bisa berkuliah dengan jurusan pertanian.
Lebih lanjut, ia berharap semoga impiannya dalam menuntaskan pendidikan S2 bisa tercapai dengan baik. Karena memang ia kuliah atas kehendak diri sendiri dan biaya sendiri yang membuatnya menjadi pribadi optimistis dari segi apapun.
“Tidak ada yang tidak mungkin kalau niat menyertakan untuk kebaikan,” pungkasnya.
Kampung Jeki sendiri terletak di Kenagarian Kambang Utara, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Kampungnya bernama Kampung Akad yang merupakan kampung tertua di Nagari tersebut.