Baca Selanjutnya: Anggaran Nagari Berhenti Rumah Tahfidz Miftah Mencari Donatur
Sejak berdiri sebagai sebuah TPA, sampai hari ini tidak kurang dari 140 anak dan remaja aktif yang belajar di sini. Mereka tidak hanya belajar membaca al-quran, tetapi juga hafalan, shalat wajib dan sunnah, doa-doa, hingga wawasan keagamaan. Selain anak-anak dan remaja, di malam-malam tertentu ada juga pengajian untuk pemuda.
Mengaji Setelah Magrib
Tidak hanya anak-anak yang ada di sekitar belajar di sana, tetapi juga berasal dari nagari dan kampung lain yang ada di kecamatan Sutera. Awalnya, kegiatan ini hanya ditujukan untuk keluarga besar saja untuk merapikan bacaan al-quran dan hafalan surat-surat pendek mereka. Aktivitas itu dilakukan saat Mul Hendri dan istri memutuskan menetap di kampung sejak tahun 2015. Rumah Tahfidz Miftah berada di rumah orangtua Mul Hendri. Sebelumnya, mereka menetap di Yogya Mul Hendri mengajar tahfidz dan syaqofah islam di Yayasan Khairu Ummah, Yogyakarta.
Di Rumah Tahfidz Miftah, para remaja yang ingin merapikan bacaan, atau yang belum bisa mengaji juga diajarkan secara privat supaya ia tak merasa sungkan dan malu.Selain mengaji, mereka juga diminta hafalan juz 30 dan hadits Arbain An-Nawawi serta bacaan dan doa sholat. Selain itu, di Rumah Tahfidz Miftah juga memfokuskan diripada kajian dan wawasan dasar islam terkait aqidah, akhlak, dan kesadaran mempraktekkan ajaran agama dan penanaman pribadi islami dalam kehidupan sehari-hari.
Ada pun aktivitas pelajaran dimulai sebelum magrib dengan mengulang hafalan surat-surat pendek dan doa. Setelahnya shalat magrib berjamaah, berzikir dan doa, lalu tausyah barulah mereka mulai mengaji. Murid-murid dibagi berdasarkan kelompok jenis kelamin dan kemampuan/kelas. Saat ini ada 13 kelompok. 1 kelompok 1 orang guru dengan jumlah murid antara 10-14 orang.
Kegiatan selesai jam 20.00 dan dilakukan evaluasi dan pembinaan guru. Selain itu ada juga pengajian untuk pemuda di malam harinya.
Mencari Donatur Setelah Isentif Nagari Dicabut
Bagi Mul Hendri ia berharap bisa menambah jumlah tenaga pendidik sehingga 1 kelompok bisa belajar dengan lebih maksimal. Hanya saja, biaya yang dikeluarkan untuk membayar tentu akan lebih besar. Sementara per Februari 2020 ini Rumah Tahfidz Miftah resmi menjadi TPA mandiri setelah ada keputusan bahwa isentif dari nagari tidak lagi turun. Pertengahan januari 2020 kemarin keputusan untuk memberhentikan tunjangan bagi guru mengajar mengaji di luar masjid. Hal itu membuat Mul Hendri dan istri mesti memutar otak untuk terus menghidupkan kegiatan belajar-mengajar di tempatnya ini.
Kendala lainnya adalah lokasi dan tempat yang semakin padat. Mul Hendri berharap kelak ia bisa membuatkan pondok-pondok kecil untuk kelompok-kelompok/kelas yang tersedia. Tersedianya sound sederhana yang membantu saat ada tausiyah dan sebagainya.
Baca juga: Wawancara Dengan Mul Hendri Pendiri Rumah Tahfid Miftah: Setelah Intensif Dicabut, Kami Berharap pada Donatur
Rumah Tahfidz Miftah berada di bawah Yayasan Insan Cendikia Taratak. Yayasan nsan Cendikia sendiri yang mendirikan MIS Insan Cendikia setara SD dan sudah punya gedung sendiri.
“Saat ini kami membutuhkan uluran tangan para donatur agar Rumah Tahfidz Miftah tetap bisa berjalan. Kami membuka diri jika ada saudara-saudara yang mau berinfak atau berdonasi. Bantuan seberapa pun, besar artinya bagi kami. Kami percaya, di tengah kesulitan pasti ada jalan,” kata Mul Hendri ketika ditanya soal pembiayaan.
Jika ada yang berminat untuk berinfak atau menjadi donatur bagi keberlangsungan belajar-mengajar di Rumah Tahfidz Miftah bisa menghubungi 0812-7744-8319 (Neli).
Indrian Koto, lahir di Lansano, Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19 Februari 1983; adalah seorang sastrawan dan penyair Indonesia