Bandasapuluah.com ,- Wawancara Dengan Mul Hendri Pendiri Rumah Tahfid Miftah: Setelah Isentif Dicabut, Kami Berharap pada Donatur
Bagaimana proses berdirinya Rumah Tahfidz Miftah?
Pada tahun 2015 itu, saya dan istri mengajar anak-anak di sekitar rumah hafalan juz 30, memfasehkan doa-doa dan meluruskan bacaan shalat disertai arti perkalimat. Sebab kesalahan kita selama ini bisa hafal bacaan shalat tapi tidak sepenuhnya memahami apa yang dibaca. Selain bacaan shalat mereka juga belajar zikir besreta doa.
Saya dan istri sempat mengajar di masjid. Tapi bertahan hanya 6 bulan karena ada beberapa hal yang tidak perlu saya ceritakan. Intinya perbedaan pandangan.
Apa keunggulan Rumah Tahfidz Miftah denga TPA pada umumnya?
Proses belajar dan target-targetnya. Misal di Rumah tahfidz Miftah anak-anak wajib ikut shalat magrib berjamaah. Jika di tempat lain santri belajar, bermain lalu pulang. Di sini, selama jam belajar mereka tidak boleh meninggalkan tempat mereka dan diwajibkan memperbaiki hapalan. Jumlah gurunya juga. Jika umumnya jadwal mengaji antara magrib dan isya, waktu di sini jauh lebih panjang. Begitu pula dengan tenaga pengajarnya, satu kelompok terdiri dari beberapa anak dengan satu guru. Disesuaikan dengan tingkatan masing-masing.
Ada Rencana Kembali ke masjd?
Tidak, belum. Pertama terkait konsep yang kami usung dan pengalaman sebelumnya. Hal lainnya aktivitas di masjid juga masih berjalan. Tempat ini tetaplah alternatif dengan tidak mematikan aktivitas yang sudah berlangsung di masjid.
Selan itu pola yang kami terapkan di sini agak tidak sesuai dengan ritme di masjid. Sejak september lalu ada wacana meminta saya kembali ke masjid. Selain itu santer terdengar kabar bagi yang mengajar di rumah tidak akan mendapat intensif nagari lagi.
Dan sekarang sudah berlaku.
Bagaimana tanggapan nagari terhadap Rumah Tahfid Miftah?
Tadinya nagari memberikan isentif kepada kami untuk membayar guru mengaji. Awal tahun ini itu sudah distop setelah diadakan pertemuan dengan Pak Wali Nagari.
Untuk kembali mengajar di masjid sepertinya bukan jalan keluar. Program dan konsep kami mungkin tidak berkesesuaian dengan TPA di masjid. Dan tak mungkin pula saya membawa guru-guru bantu yang sudah ditunjuk di sini untuk jadi tenaga pengajar di masjid, sementara di Masjid sendiri sekarang sudah ada guru yang lain pula.
Yang paling mendesak saat ini?
Yang paling mendesak tentu biaya untuk guru yang mengajar. Setidaknya kami membutuhkan biaya 2.500.000 sebulan untuk membayar mereka.
Gaji guru saat ini 10.000/pertemuan. Dalam sebulan ada 16x pertemuan. Berarti nilainya 160.000/guru.
Sebenarnya ada iuran santri 20 ribu/bulan. Itu di catatannya. Tapi realisasinya, ya, mungkin berbusa-busa dulu, baru dibayar. Dan kami tidak ingin membebani mereka. Kalau dulu, iuran itu, siapa yang bayar saja. Tak bayar pun, tak apa apa.
Apa harapan ke depannya?
Setelah isentif dicabut kami berharap pada donatur.
Kami berharap ada donatur yang sudi mengulurkan tangan untuk kelangsungan Rumah Tahfidz Miftah. Itu saja senjata yang sekarang kami punya.
Saat ini kami membutuhkan uluran tangan para donatur agar Rumah Tahfidz Miftah tetap bisa berjalan. Kami membuka diri jika ada saudara-saudara yang mau berinfak atau berdonasi. Bantuan seberapa pun, besar artinya bagi kami. Kami percaya, di tengah kesulitan pasti ada jalan.
Indrian Koto, lahir di Lansano, Pesisir Selatan, Sumatra Barat, 19 Februari 1983; adalah seorang sastrawan dan penyair Indonesia
Follow WhatsApp Channel Bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow