![]() |
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Mohammad Zen. Foto: Net |
Renaldo Jahja, cucu dr. Mohammad Zen mengatakan nama rumah sakit tersebut tidak sesuai dengan nama kakeknya. Sebab nama kakeknya bukanlah Dr. Muhammad Zein tetapi dr. Mohammad Zen.
Baca juga: Mengenal Dokter Pertama Pesisir Selatan
Baginya perbedaan nama dan gelar tersebut mempunyai makna yang berbeda. Pertama, kakeknya adalah seorang yang berprofesi sebagai dokter (dr.) bukan seorang yang bergelar doktor (Dr.). Dimana dalam penulisan kata dokter yang benar adalah sebagai dr, dengan dr huruf kecil sedangkan Dr dengan d huruf kapital adalah acuan ke gelar Doktor.
Gelar dokter baru bisa ditulis dengan d huruf kapital apabila gelar tersebut terletak di awal suatu kalimat. Mengingat cara penulisan yang benar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia mengharuskan huruf pertama di awal setiap kalimat berupa huruf kapital, maka penulisan dr diubah menjadi Dr.
Sementara itu, nama rumah sakit tersebut tidak terletak pada awal kalimat. Maka seharusnya, dr tetap ditulis dr bukan Dr. Hal ini berbeda dengan penamaan RSUD dr Rasidin Padang. Dimana dr tetap ditulis dengan dr huruf kecil.
Kedua, Mohammad Zen. Roy, begitu ia disapa, mengatakan nama kakeknya adalah Mohammad Zen bukan Muhammad Zein. Dikatakan penulisan nama tokoh harus sesuai dengan ejaan aslinya. Bila tidak, tutur Roy nama tersebut bukanlah tokoh yang dimaksud. Sehingga tak heran, Roy beranggapan nama rumah sakit tersebut bukanlah nama kakeknya melainkan orang yang berbeda.
Pasalnya, pihaknya telah acap kali melakukan protes ke pemerintah. Nota keberatan telah berulang kali disampaikan semenjak rumah sakit tersebut diberi nama Dr. Muhammad Zein. Terhitung sejak zaman pemerintahan yang dipimpin Darizal Basir hingga era Hendrajoni saat ini. Namun semuanya tak ada yang mengganti nama rumah sakit tersebut. Sehingga sampai saat ini, nama rumah sakit tersebut masih RSUD Dr. Muhammad Zein bukan RSUD dr. Mohammad Zen.
Roy menilai tindakan pemerintah tersebut menggambarkan sikap yang tidak sepenuh hati Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam menghargai Almarhum kakeknya. Padahal merubah nama tersebut bukanlah perkara sulit. Semua itu bisa dimusyawarahkan oleh Pemerintah Kabupaten dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pesisir Selatan guna mencarikan solusi terbaik terhadap masalah tersebut.
Pemerintah kabupaten Pessel selain
Kesalahan penulisan dan penyebutan nama bukan saja terjadi pada nama dr. Mohammad Zen tetapi juga pada anaknya, Mohammad Zaini Zen. Mohammad Zaini Zen merupakan seorang militer yang menjabat sebagai bupati Pesisir Selatan sekitar tahun 60-an.
![]() |
Gor Zaini Zein |
Mencius Zen, anak Mohammad Zaini Zen mengatakan, semua anak dr. Mohammad Zen memiliki nama belakang Zen. Anak laki-lakinya bernama depan Mohammad. Termasuk Mohammad Zaini Zen. Bahkan nama cucu dari anak laki-lakinya bernama belakang Zen. Hanya cucu dari anak perempuannya yang tidak bernama belakang Zen.
Kesalahan penulisan nama Mohammad Zaini Zen terdapat pada Gelanggang Olahraga (GOR) yang beralamat di Jalan Sutan Syahrir no. 111. Dimana GOR tersebut bernama Zaini Zein bukan Mohammad Zaini Zen sebagaimana seharusnya.
Aneh memang sekelas Mohammad Zaini Zen yang merupakan bupati pertama yang ditunjuk oleh pemerintah pusat setelah pemekaran kabupaten kerinci dari kabupaten Pesisir Selatan Kerinci juga tak luput dari kesalahan penulisan dan penyebutan nama. Seolah-olah masalah tersebut tidak begitu penting. Protes dari pihak keluarga tidak pernah ditanggapi serius. Betapa lalainya pemkab terhadap tokoh yang mewarnai sejarah negeri sejuta pesona tersebut. Bukankah Soekarno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Bila tak cermat menilai kesalahan penulisan nama belakang kedua tokoh tersebut seperti disengaja. Lebih tepatnya mengaburkan sejarah. Terutama antara dr. Mohammad Zen dengan Mohammad Zaini Zen yang tak bukan adalah ayah dan anak.
Terlebih pada masa pemerintahan yang jauh terdahulu, pernah terjadi perselisihan antara Bupati dengan pihak keluarga dr. Mohammad Zen. Sebab itu, keluarga dr. Mohammad Zen beranggapan pemerintah tidak sepenuh hati dalam menghargai kedua tokoh tersebut. Meski begitu, perlu diteliti lebih lanjut.
Hingga saat ini, Pemkab Pessel tidak bisa menampilkan informasi terkait kedua tokoh tersebut. Silahkan dicari di Google atau badan kearsipan Pessel, mungkin tidak akan ada referensi terkait dr. Mohammad Zen dan Mohammad Zaini Zen ini. Mungkin sebabnya adalah kurangnya riset ataupun penelitian terhadap dr. Mohammad Zen dan juga Mohammad Zaini Zen. Bahkan bisa dikatakan tidak ada. Sehingga tak heran bila banyak orang yang tidak mengetahui informasi terhadap keduanya. Padahal jasa keduanya cukup besar bagi kemajuan Pesisir Selatan.