Saya ke Pancung Taba ini pertama kali tahun 1981. Saat ingin meneliti dan menulis tentang Syekh Muhammad Dalil (1864-1923 M) dan menyertai Sanusi Latif dalam meneliti dan menulis Disertasi Doktornya yang ia membutuhkan buku yang ditulis Syekh Muhammad Dalil. Juga saya menulis Syekh Muhammad Dalil sebagai entry buku 20 Ulama Sumatera Barat di Islamic Centre Sumatera Barat tahun 1981. Ke nagari ulama itu belum lewat mobil.
Pengalaman berbekas ke Pancuang Taba pertama tahun 1981 itu bersama Sanusi Latih Rektor IAIN Imam Bonjol membawa seorang peneliti Belanda yang saya lupa namanya dengan mengendari Land Rover Jerman disopiri Agus.
Saat mau naik dari Koto Ranah, pas di pinggang bukit itu, mobil kuat ini tiba-tiba berhenti, tak jadi terus mendaki menjelang malam itu. Kata masyarakat yang membantu, belum pernah ada mobil lewat di sini.
Tahun 1989 saya mendapat penelitian menulis tentang Karya Sastra Syekh Muhammad Dalil, yakni menganalisis Buku Puisinya “Dar al-Mawa’izhah” (1321 H).
Hasil penelitian itu diterbitkan menjadi buku berjudul Sastra Islam, Analisis Syair Apologetik Syeikh Bayang (Syekh Muhammad Dalil bin Muhammad Fatawi). Penerbit: IAIN-IB Press, Cet.I 1999.
Service Centre, Market Town dan Regional Centre
Dari perspektif wilayah pemerintahan Nagari Pancung Tebal terdiri dari 2 Kampung. Mempunyai service centre (pusat pelayanan) aspek pendidikan SD dan Tsanawiyah/ Pesantren. Pusat pelayanan kesehatan ada 1 uni Puskesmas Pembantu dan 1 unit Pos Kesehatan Nagari. Pusat pelayanan bidang Agama ada 2 Masjid dan 1 surau/ mushalla. Pelayanan perspektif market town, sudah ada 1 pasar nagari.
Dari perspektif transek instrumen Participatory Rural Appraisal (PRA) dan regional centre, Pancung Taba dilintasi tali jalan segitiga emas dari titik Pasar Barau Bayang ke Kota Padang – Bengkulu dan atau Kerinci – Alahan Panjang Kabupaten Solok. Jalan itu sampai Pancung Taba sudah diaspal hotmix meski lebarnya masih kecil.
Klik selanjutnya untuk membaca halaman berikutnya…
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya