Rangkayo Minang Gelar Seminar Budaya, Bahas Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini

Minggu, 29 Juni 2025 - 10:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seminar Budaya bertajuk Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini

i

Seminar Budaya bertajuk Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini

BANDASAPULUAH.COM – Perkumpulan Rangkayo Minang Indonesia menggelar seminar budaya bertajuk “Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini” sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap pergeseran nilai-nilai adat dan jati diri masyarakat Minang di era globalisasi.

Seminar ini menjadi ruang refleksi dan diskusi lintas generasi untuk memperkuat kembali falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) di tengah tantangan zaman.

Seminar Budaya bertajuk Tantangan Nilai dan Identitas Minangkabau Masa Kini

Kegiatan ini berlangsung di Auditorium Al-Quddus, Universitas YARSI, Jakarta, pada Sabtu (28/6/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Anwar Abbas dan Rektor Universitas YARSI Prof. Fasli Jalal. Hadir pula Ketum LKAM Azmi Dt. Bagindo, Direktur Eksekutif MDN-G Burmalis Ilyas, serta diaspora Minang di Amerika Serikat Alya Sarah Lawindo. Sejumlah tamu undangan lainnya turut hadir memeriahkan acara.

Ketua Umum Rangkayo Minang Indonesia Susilawati Sofyan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap pergeseran nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau di tengah derasnya arus globalisasi, individualisme, dan modernisasi.

Perkumpulan Rangkayo Minang Indonesia

“Rangkayo Minang Indonesia lahir dari spirit Rangkayo Rasuna Said. Seminar ini adalah prakarsa dari Tan Sri Dato’ Utama Dr. Rais Yatim. Kita prihatin dengan tantangan yang dihadapi nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), yang dulu menjadi penyangga kehidupan sosial Minangkabau,” ujar Susilawati.

Ia menegaskan bahwa melalui forum ini, para peserta diajak untuk mengkaji dan mendiskusikan strategi agar nilai-nilai Minangkabau tetap hidup dan relevan di era modern, tanpa meninggalkan nilai ketaqwaan, adat, dan budaya.

Generasi muda, menurutnya, juga harus berperan aktif menjaga jati diri sebagai urang awak.

“Semoga seminar ini menjadi titik tolak bagi kita semua untuk lebih mencintai, memahami, dan melestarikan nilai-nilai luhur yang merupakan warisan tak ternilai dari pendahulu kita,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini dan berharap seminar seperti ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan.

Tan Sri Rais Yatim dalam sambutannya melalui video singkat menyampaikan, orang Minang adalah perantau hebat. Jiwa merantau yang dimiliki orang Minang harus menjadi sifat yang besar, yang mampu melahirkan persaudaraan sejati, baik dalam bentuk ukhuwah Islamiyah maupun ukhuwah Minangkabawi.

Baca Juga :  Wakil Bupati Risnaldi Hadiri Pengukuhan Datuak Batuah Nan Kayo di Ampang Pulai

Ia menekankan pentingnya memelihara dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur keminangkabauan.

“Sayangi balik adat kita, sayangi balik peribahasa kita, baguskan kembali budi bahasa kita, tolong menolong terus menerus,” pesannya.

Menurutnya, keminangkabauan tidak boleh hilang, dan semangat gotong royong serta kebaikan kolektif yang melekat dalam budaya Minangkabau harus terus dipupuk.

Narasumber dalam Seminar Budaya. Ki-ka: Alya Sarah Lawindo, Anwar Abbas, Fasli Jalal dan Azmi Dt Bagindo

Seminar ini dimoderatori oleh Prof. Musril Zahari, dengan menghadirkan narasumber Dr Anwar Abbas, Prof. Fasli Jalal, Azmi Dt. Bagindo, dan diaspora Minang, Alya Sarah Lawindo.

Adat Minang adalah Peradaban yang Mengglobal

Sebagai diaspora Minang yang lahir dan besar di Amerika Serikat, Alya Sarah Lawindo mengungkapkan, falsafah ABS-SBK bukan hanya sekadar pemanis mulut, melainkan pedoman jati diri orang Minangkabau.

Ia menyampaikan bahwa nilai dan identitas Minangkabau sangat berakar pada prinsip “syarak mangato, adat mamakai”, “banasab saka ka ibu”, dan “alam takambang jadi guru”.

Ia menjelaskan bahwa nilai ini tidak terlepas dari pemikiran adat yang telah lama ada dan kemudian disempurnakan dengan masuknya Islam ke ranah Minang.

Bagi Alya, adat Minangkabau adalah peradaban, bukan sekadar sistem norma lokal.

Sebagai perempuan, seorang diaspora, dan hidup di negara dimana islam adalah minoritas, ia merasa bahwa isu-isu seperti gender, identitas, dan hak asasi manusia sering kali menjadi perdebatan di ruang publik barat.

Namun, pemahaman adat Minang justru memberinya kepercayaan diri dalam berdiskusi.

“Dalam kehidupan kampus, bila ada diskusi tentang rights, gender dan identity, pemahaman adat Minangkabau sangat membantu saya. Saya lebih percaya diri karena urusan kesetaraan gender di Minang sudah selesai sejak abad ke-7, ketika Islam masuk ke ranah Minangkabau,” tuturnya.

Ia berpandangan, orang Minang sejati adalah mereka yang mengenal adat nan ampek: adat nan sabana adat, adat nan taradat, adat nan diadatkan, dan adat istiadat.

“Bundo kanduang mempunyai peran penting dan sentral dalam kelanjutan adat Minangkabau. Islam dan adat Minangkabau tidak bisa dipisahkan. Itu adalah syarat mutlak menjadi urang Minang,” ujarnya tegas.

Baca Juga :  DPR RI Peduli Cagar Budaya, Pantau Pelaksanaan UU 11/ 2010

Ia mengajak agar forum seperti ini diperbanyak dan diadakan lintas generasi. Ia juga menyampaikan untuk memperkuat tali tigo sapilin dan sinergi antara ranah dan rantau.

Kekuatan Urang Awak Dimulai dari Rumah Gadang

Prof. Fasli Jalal menekankan pentingnya melihat kembali sistem sosial di Minangkabau yang memiliki pondasi kuat sejak dalam rumah gadang. Ia menyebutkan bahwa rumah gadang adalah tempat pendidikan awal terbaik.

Prof Fasli Jalal saat menyampaikan paparannya sebagai narasumber

“Kita punya pendidikan anak di rumah gadang. Pendidikan dini telah tuntas. Parenting yang kini dicari-cari oleh dunia, telah selesai di Minang sejak dulu,” ujarnya.

Di rumah gadang, menurutnya, semua elemen sosial hadir dan berperan: mamak, bapak, sumando, kemenakan. Semua bahu-membahu tanpa meninggalkan satu pun. Model ini telah menciptakan keseimbangan sosial yang kuat.

Fasli menambahkan, struktur sosial yang terdiri dari suku, jorong, kampung, dan nagari memperkuat kehidupan masyarakat Minang.

“Hukum telah tuntas, ekonomi telah tuntas, ketahanan pangan, kehidupan sosial telah tuntas, dan agama adalah basis utama,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa kekuatan sistem adat ini membuat orang Minang tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan unggul baik di ranah maupun di perantauan.

Identitas Orang Minang: Cendekiawan dan Pengusaha

Dr Anwar Abbas membuka paparannya dengan menyampaikan bahwa orang Minang memiliki dua identitas yang menonjol dalam sejarah: sebagai cendekiawan dan sebagai pedagang atau pengusaha.

Waketum MUI Pusat Dr Anwar Abbas saat menyampaikan paparannya sebagai narasumber

“Dulu, pasar-pasar besar di Jakarta dipenuhi oleh pedagang Minang. Tapi sekarang, mentalitas itu mulai hilang. Kita bergeser dari entrepreneur ke managerial,” ujarnya.

Ia menyayangkan bahwa karakter bagak (berani) dalam diri orang Minang kini tergantikan oleh sikap takut mengambil risiko. Menurutnya, orang Minang mulai menghindari tantangan dan lebih memilih zona aman.

“Kita harus berbenah. Kita harus menggali kembali nilai-nilai kita, menyigi dan memilih nilai mana yang harus kita kuatkan. Namun pada akhirnya, sebaiknya nilai yang kita bangun harus menghasilkan generasi yang handal dalam dunia bisnis ,” tegasnya.

Ia mendorong agar Minangkabau kembali ke jati dirinya. Ciri khas urang awak sebagai pembelajar dan wirausahawan harus dibangkitkan kembali melalui pendidikan nilai dan sistem pendukung dari keluarga hingga lembaga adat.

Baca Juga :  Yudil Chatim Soroti Peluang SDM Indonesia di Tiongkok dalam Forum Minang Diaspora Sedunia

Minangkabau Menuju Kepunahan

Azmi Dt. Bagindo menyampaikan materinya bertajuk “Minangkabau Menuju Kepunahan”

Ia menjelaskan, kekuatan adat Minangkabau di masa lalu sangat luar biasa. Ia mencontohkan bahwa jika Belanda memiliki pagar besi, Minangkabau memiliki pagar adat. Adat berpagar budi bahasa, sarato raso pareso.

Namun kini, menurutnya, adat telah kehilangan daya. Ia menyampaikan bahwa Minangkabau pernah menjadi masyarakat yang demokratis, religius, dan berbudaya. Tapi semua itu mulai runtuh akibat berbagai kebijakan nasional, terutama sejak diterapkannya UU No. 5 Tahun 1979 yang menggantikan sistem nagari menjadi desa.

Ia menegaskan bahwa kebijakan itu membawa dampak buruk terhadap pemerintahan adat. Peran niniak mamak tergeser, pemerintahan nagari tercerabut dari akar budayanya. Kini, ABS-SBK hanya menjadi slogan kosong. LGBT, narkoba, orgen tunggal, dan penyakit masyarakat lainnya tidak bisa dicegah karena nilai adat telah dilemahkan.

Azmi menjelaskan bahwa Sumbar sebenarnya telah mencoba kembali ke sistem nagari melalui Perda No. 9 Tahun 2000, lalu Perda No. 2 Tahun 2007, dan terakhir Perda No. 7 Tahun 2018.

Namun, implementasi perda tersebut belum terlaksana maksimal. Pemerintah kabupaten/kota di Sumbar tidak menunjukkan ketaatan terhadap amanat perda.

Ia menjelaskan panjang lebar soal transisi dari 3516 desa di Sumbar menjadi 1174 nagari, desa, dan kelurahan. Namun sayangnya, banyak yang hanya mengembalikan “nama” nagari, bukan “karakter pemerintahan nagari yang sesuai hak asal usul.

“Yang terjadi adalah pisahnya antara administrasi pemerintahan dan adat istiadat. Niniak mamak terpinggirkan. Kembali ke nagari hanya sebatas simbolik,” jelasnya.

Azmi menutup paparannya dengan menawarkan dua solusi. Pertama, mengembalikan sistem nagari sesuai hak asal-usul dan hukum adat. Kedua, menyelenggarakan pendidikan adat Minangkabau bagi para calon pemangku adat, pemimpin organisasi Minang, dan tokoh masyarakat agar dapat memahami dan melanjutkan keberlanjutan adat secara utuh.

Peserta seminar terlihat sangat antusias, aktif berdiskusi, dan memberikan kontribusi dalam sesi tanya jawab. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa semangat untuk menjaga nilai-nilai Minangkabau masih kuat, baik di ranah maupun di rantau.

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Manapek ke Kaum Malayu Koto Tuo, Pendiri RS Bunda Resmi Menjadi Orang Minangkabau
Ahda Yanuar Dilewakan Sebagai Rajo Sutan Kaum Sikumbang, Tekankan Pentingnya Adat Sebagai Benteng Moral
DPP PKPS Sampaikan Selamat atas Palewaan Basamo di Nagari Kambang
DPP PKPS Sampaikan Selamat atas Dilewakannya Prof Ermanto sebagai Datuak Rajo Malenggang
Prof Ermanto Akan Dilewakan jadi Datuak, DPP PKPS Sampaikan Ucapan Selamat
Akhiruddin Dilewakan jadi Datuak Rajo Mudo, DPP PKPS Ucapkan Selamat
Harimau Sumatera dalam Kearifan Adat-Budaya di Minangkabau
Hendrajoni Hadiri Pengukuhan 13 Datuak di Surantih

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 16:42 WIB

Manapek ke Kaum Malayu Koto Tuo, Pendiri RS Bunda Resmi Menjadi Orang Minangkabau

Senin, 29 September 2025 - 23:07 WIB

Ahda Yanuar Dilewakan Sebagai Rajo Sutan Kaum Sikumbang, Tekankan Pentingnya Adat Sebagai Benteng Moral

Senin, 29 September 2025 - 10:01 WIB

DPP PKPS Sampaikan Selamat atas Palewaan Basamo di Nagari Kambang

Minggu, 28 September 2025 - 18:31 WIB

DPP PKPS Sampaikan Selamat atas Dilewakannya Prof Ermanto sebagai Datuak Rajo Malenggang

Selasa, 23 September 2025 - 20:00 WIB

Prof Ermanto Akan Dilewakan jadi Datuak, DPP PKPS Sampaikan Ucapan Selamat

Berita Terbaru

Konflik PBNU, Banser Terpaksa Lihat Orangtuanya Bertengkar

Nasional

Konflik PBNU, Banser Terpaksa Lihat Orangtuanya Bertengkar

Jumat, 5 Des 2025 - 22:26 WIB