WASHINGTON (AP) — Presiden Donald Trump pada Kamis menangguhkan program lotere kartu hijau yang mengizinkannya mengira dalam penembakan di Brown University dan MIT yang terjadi di Amerika Serikat.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem mengatakan dalam sebuah postingan di platform sosial X bahwa atas arahan Trump, dia memerintahkan Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi Amerika Serikat untuk menghentikan sementara program tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Orang keji ini seharusnya tidak diizinkan memasuki negara kami,” katanya tentang tersangka, warga negara Portugal, Claudio Neves Valente.
Neves Valente, 48, diduga terlibat dalam penembakan di Brown University yang menewaskan dua mahasiswa dan melukai sembilan lainnya, serta pembunuhan seorang profesor MIT. Dia ditemukan tewas Kamis malam akibat luka tembak yang dilakukannya sendiri, kata para pejabat.
Neves Valente memperoleh status penduduk tetap yang sah pada tahun 2017, kata pengacara AS untuk Massachusetts Leah B. Foley.
Program visa keberagaman memberikan hingga 50.000 kartu hijau setiap tahun melalui undian kepada orang-orang dari negara-negara yang kurang terwakili di Amerika Serikat, banyak di antaranya berada di Afrika. Lotere diciptakan oleh Kongres, dan langkah tersebut hampir pasti akan mengundang tantangan hukum.
Hampir 20 juta orang mengajukan permohonan undian visa 2025, dengan lebih dari 131.000 orang dipilih bersama pasangan di antara pemenangnya. Setelah menang, mereka harus menjalani ujian untuk bisa diterima di Amerika Serikat. Warga negara Portugal hanya memenangkan 38 slot.
Pemenang lotere diundang untuk mengajukan kartu hijau. Mereka diwawancarai di konsulat dan tunduk pada persyaratan dan pemeriksaan yang sama seperti pemohon kartu hijau lainnya.
Trump telah lama menentang lotere visa keberagaman. Pengumuman Noem adalah contoh terbaru penggunaan tragedi untuk mencapai tujuan kebijakan imigrasi. Setelah seorang pria Afghanistan diidentifikasi sebagai pria bersenjata dalam serangan fatal terhadap anggota Garda Nasional pada bulan November, pemerintahan Trump memberlakukan peraturan yang melarang imigrasi dari Afghanistan dan negara-negara lain.
Saat melakukan deportasi massal, Trump berupaya membatasi atau menghilangkan jalur menuju imigrasi resmi. Dia tidak terpengaruh jika hal-hal tersebut diabadikan dalam undang-undang, seperti lotere visa keberagaman, atau Konstitusi, seperti hak kewarganegaraan bagi siapa pun yang lahir di wilayah AS. Mahkamah Agung baru-baru ini setuju untuk mendengarkan tantangannya terhadap kewarganegaraan hak kesulungan.
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






