BANDASAPULUAH.COM -Kasus meninggalnya diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan semakin tidak jelas. Penasihat hukum keluarga, Nicholay Aprilindo menilai korban bukan bunuh diri melainkan pembunuhan yang dilakukan secara rapi dan profesional.
“Dari awal saya katakan ini bukan bunuh diri. Ini pembunuhan dan tidak mungkin dilakukan tanpa melibatkan pihak lain,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Nicholay mengaku mencium sesuatu yang aneh karena Polda Metro Jaya menyimpulkan tidak ada unsur pidana. Timnya menemukan banyak fakta aneh setelah melakukan penyelidikan rahasia.
Dalam prosesnya, tim kuasa hukum mengirimkan surat ke berbagai institusi, mulai dari Polda Metro Jaya, Bareskrim Polri, Kapolri, Panglima TNI, hingga LPSK. Respon nyata pertama datang dari Menteri Luar Negeri. Bahkan, Kementerian Luar Negeri disebut telah memberikan akses langsung untuk memeriksa ruang kerja korban hingga lokasi rooftop.
Namun dari pemeriksaan polisi, Nicholay menilai langkah aparat terkesan stagnan. Akses ke kamar kos korban baru dibuka beberapa bulan setelah kematiannya. Hal ini pun disebut-sebut sarat alasan, mulai dari trauma pemilik kos hingga kehadiran penjaga kos yang tiba-tiba ‘menghilang’.
Persoalan paling krusial, menurut Nicholay dalam podcast yang dikutip RMOL, Kamis 11 Desember 2025, adalah soal lakban yang mengikat kepala korban. Ia mempertanyakan arah gulungan itu, posisi korban saat rekaman itu direkam, dan alasan rekaman itu dipotong saat olah TKP.
Yang lebih mengejutkan lagi, ditemukan empat sidik jari dari lakban, namun hanya satu yang teridentifikasi milik korban.
“Tiga sidik jari lainnya rusak karena cuaca, kata penyidik. Itu tidak masuk akal. Ahli bilang sidik jari tidak akan hilang kecuali dengan bahan kimia,” kata Nicholay yang menduga ada lebih dari satu pelaku yang terlibat langsung dalam kematian Arya.
Tak hanya soal sidik jari, Nicolay juga menyoroti CCTV. Ia mengatakan, korban terlihat keluar kamar kos tanpa mengunci pintu dengan kartu akses. Pintunya hanya didorong dengan tangan.
Artinya, saat itu siapa pun bisa masuk. “Menurut kami, korban disergap saat kembali ke kamar,” ujarnya.
Dengan segala kejanggalan tersebut, Nicholay menegaskan pihaknya terus mendesak agar kasus ini masuk ke tahap penyidikan.
“Dalam beberapa kasus pembunuhan misalnya, ada senjata yang digunakan untuk menusuk atau menembak di tangan korban. Jadi, saya melihat ini pasti pembunuhan berencana yang dilakukan secara profesional karena dilakukan tanpa jejak. Rapi sekali,” ujarnya.
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






