Masyarakat Desak Seseorang untuk Diseret ke Pengadilan atas Banjir Besar di Aceh – Sumut – Sumbar

Sabtu, 6 Desember 2025 - 14:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masyarakat Desak Seseorang untuk Diseret ke Pengadilan atas Banjir Besar di Aceh – Sumut – Sumbar

i

Masyarakat Desak Seseorang untuk Diseret ke Pengadilan atas Banjir Besar di Aceh – Sumut – Sumbar

BANDASAPULUAH.COM– Gelombang tekanan masyarakat agar pemerintah menindak tegas pejabat penerbit izin pertambangan dan pengusahaan hutan kembali menguat pasca banjir besar melanda 18 kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025.

Sejumlah organisasi lingkungan hidup dan masyarakat menilai bencana yang terjadi saat ini bukan semata-mata akibat curah hujan ekstrem, melainkan akumulasi kerusakan ekologi akibat pembukaan hutan, penambangan yang tidak terkendali, dan pemberian izin yang dianggap serampangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur eksekutif sebuah badan lingkungan hidup di Aceh, menyatakan bahwa banjir lintas provinsi adalah “hasil keputusan pejabat yang mengorbankan keselamatan masyarakat demi perluasan usaha ekstraktif.” Ia menegaskan, pejabat yang menandatangani izin alih fungsi kawasan hutan – baik di tingkat kabupaten, provinsi, atau kementerian – harus bertanggung jawab secara hukum.

Baca Juga :  Diguyur Hujan Lebat, Seratusan Rumah di 2 Nagari di Pesisir Selatan Terendam Banjir

“Ini bukan lagi persoalan cuaca. Daerah tangkapan air kita sudah rusak parah akibat izin konsesi yang diberikan tanpa analisis risiko jangka panjang. Pejabat yang memberi izin harus diselidiki, kalaupun perlu dibawa ke pengadilan,” ujarnya.

Banjir dahsyat yang terjadi selama tiga hari ini merendam pemukiman, memutus akses jalan nasional, menghancurkan lahan pertanian, dan memaksa lebih dari seratus ribu warga mengungsi.

Daerah yang paling terdampak adalah Aceh Tamiang, Aceh Singkil, Langkat, Dairi, Mandailing Natal, Pasaman Barat, dan Agam.

Ⓒ Hak cipta foto diatas dikembalikan kepada pemilik foto

Di sejumlah titik, banjir diperparah dengan hilangnya tutupan hutan di wilayah hulu yang sebagian besar kini menjadi kawasan pertambangan, perkebunan kelapa sawit skala besar, dan HPH.

Pakar hukum lingkungan hidup Universitas Syiah Kuala menilai pejabat yang menerbitkan izin yang terbukti mengabaikan aspek ekologi dapat dikenakan sanksi hukum, baik melalui UU Lingkungan Hidup maupun UU Administrasi Pemerintahan. “Jika dalam proses perizinan terdapat unsur kelalaian, penyalahgunaan wewenang, atau praktik korupsi, maka jalur pidana terbuka lebar,” ujarnya.

Baca Juga :  10 Daerah di Aceh Status Darurat Bencana, 46.893 Jiwa Terdampak - Dua Meninggal Dunia

Sejumlah organisasi masyarakat sipil saat ini sedang mengumpulkan data mengenai konsesi di wilayah hulu DAS, termasuk memetakan izin pertambangan dan perkebunan yang bersinggungan dengan kawasan lindung dan zona rawan longsor. Hasil penyidikan rencananya akan diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, dan Ombudsman RI sebagai dasar mendorong dilakukannya penyidikan resmi.

“Bencana ini tidak boleh berhenti pada belas kasihan dan bantuan logistik. Harus ada penegakan hukum, agar aparat tidak lagi sembarangan menjual hutan kita melalui tanda tangan,” tegas salah satu koordinator koalisi lingkungan hidup.

Tekanan masyarakat semakin kuat setelah sejumlah foto udara menunjukkan kawasan hulu yang tandus, tambang terbuka di kawasan terjal, dan kanal-kanal perkebunan kelapa sawit yang mengubah pola aliran air di banyak kabupaten. Warga di wilayah yang terkena dampak juga menuntut evaluasi total terhadap izin dan peninjauan ulang seluruh proyek ekstraktif di daerah tangkapan air.

Baca Juga :  Diduga Mesum dengan Kakak Ipar, Oknum Polisi di Pessel Bersembunyi di Bawah Ranjang Saat Digrebek Warga

Hingga saat ini, pemerintah pusat dan daerah belum mengumumkan langkah investigasi resmi terkait dugaan keterlibatan aparat dalam kerusakan ekologi yang memperparah banjir besar tersebut. Namun tekanan masyarakat diperkirakan akan terus menguat seiring dengan meningkatnya jumlah kerugian ekonomi, sosial, dan ekologi akibat bencana ini.***

avatar penulis

Penulis Eksekutif di Harian Aceh Indonesia

Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.

Follow WhatsApp Channel m.bandasapuluah.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Netflix mengakuisisi Warner Bros. senilai $72 miliar. Apakah Hollywood sedang menghadapi transformasi bersejarah? | ekonomi
Tingkatkan Kemampuan Personel, Polda Bangka Gelar Pelatihan Humas Antisipasi Gangguan Kamtibmas
Hershey Menggunakan Nostalgia Liburan Untuk Membangun Kesadaran Merek
Said Aqil Minta PBNU Kembalikan Konsesi Tambang: Madharat Lagi
Petunjuk Laut Dalam Menulis Ulang Apa yang Kita Ketahui tentang Akhir Zaman Es Terakhir
Cek Mahar Rp. 3 Miliar Terbukti Palsu, Mbah Tarman Kini Dipenjara, Pernikahan Berakhir
AI UGM Sebut Jokowi Bukan Alumni, Kampus Angkat Suara: Ada Kesalahan Sistem
Respons Keras Menhan Sjarie Soal Penyelundupan Nikel yang Dilakukan WN China di Bandara Khusus IWIP

Berita Terkait

Sabtu, 6 Desember 2025 - 23:22 WIB

Netflix mengakuisisi Warner Bros. senilai $72 miliar. Apakah Hollywood sedang menghadapi transformasi bersejarah? | ekonomi

Sabtu, 6 Desember 2025 - 23:01 WIB

Tingkatkan Kemampuan Personel, Polda Bangka Gelar Pelatihan Humas Antisipasi Gangguan Kamtibmas

Sabtu, 6 Desember 2025 - 22:39 WIB

Hershey Menggunakan Nostalgia Liburan Untuk Membangun Kesadaran Merek

Sabtu, 6 Desember 2025 - 22:18 WIB

Said Aqil Minta PBNU Kembalikan Konsesi Tambang: Madharat Lagi

Sabtu, 6 Desember 2025 - 21:57 WIB

Petunjuk Laut Dalam Menulis Ulang Apa yang Kita Ketahui tentang Akhir Zaman Es Terakhir

Berita Terbaru