BANDASAPULUAH.COM – Pengamat politik Jerry Massie menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto mengevaluasi dua pejabat di lingkungan eksekutif dan institusi, yakni Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, dan Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Letjen TNI Suharyanto.
Hal ini disampaikannya untuk menyikapi bencana ekologi yang terjadi di wilayah Sumatera, baik di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bencana alam yang terjadi di 3 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh disebabkan oleh kesalahan manusia, keserakahan dan ketamakan. Beginilah alam marah terhadap manusianya. “Faktor utamanya tak lain adalah deforestasi dan penggundulan hutan lindung,” ujarnya.
Baginya, penggundulan hutan yang tidak terkendali dan maraknya penambangan menjadi faktor penting penyebab kerusakan lingkungan, selain curah hujan yang tinggi. Sebab, menurut Jerry, pembalakan liar yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia tanpa memperhatikan ekosistem dan kelestarian alam sudah menjadi rahasia umum.
Indonesia merupakan negara nomor 2 yang merusak dan menghancurkan hutan. “Dalam 1 atau 2 dekade, hampir 10,5 juta hutan dibabat, tanpa memikirkan nasib masyarakat sekitar hutan,” kata Jerry.
Ia juga mengkritisi Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kementerian Kehutanan Dwi Januanto Nugroho yang menyebut kayu tersebut merupakan kayu busuk akibat pohon tumbang. Pasalnya, dari berbagai gambar dan data yang diterimanya, terlalu banyak kayu yang tersapu dan dipotong dengan rapi. Jadi sangat kecil kemungkinan pohon tumbang karena faktor alam saja.
“Kementerian Kehutanan membantah isu illegal logging, mereka angkat tangan dan cuci tangan (mengambil dan mencuci tangan) dan tidak mau bertanggung jawab. Bupati Tapsel dengan jelas mengatakan Kementerian Kehutanan memberi izin penebangan hutan,” ujarnya.
Oleh karena itu, tidak heran jika terjadi bencana ekologis dan kini memakan korban jiwa sedikitnya 400 orang, serta ribuan orang kehilangan tempat tinggal akibat tersapu banjir bandang disertai lumpur.
Bayangkan akibat ulah manusia yang serakah, ratusan orang tewas akibat tanah longsor dan banjir bandang. Jumlah korban meninggal akibat banjir di Sumut sebanyak 217 orang, Aceh 96 orang, dan Sumbar 129 orang. Total korban meninggal dunia sebanyak 442 orang dan hilang 402 orang, lanjut Jerry.
Lebih lanjut, ia juga mengecam keras Kepala BNPB Suharyanto yang membantah banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Sumatera merupakan peristiwa kecil dan hanya membuat heboh media sosial. Ia akhirnya meralat pernyataannya dan meminta maaf kepada masyarakat atas narasi yang disampaikannya.
“Otak aneh Kepala BNPB Suharyanto yang mengatakan banjir bandang dan tanah longsor hanya membuat gaduh di media sosial, bukankah itu buruk. Apakah dia buta hati atau bagaimana? Dia tidak melihat bencana ini,” ujarnya.
Pernyataan Suharyanto diketahui menjawab pertanyaan mengapa pemerintah pusat belum menetapkan bencana tanah longsor dan banjir bandang di Pulau Sumatera sebagai Darurat Bencana Nasional.
Pertanyaan saya apakah normal jika hampir 500 orang meninggal? Narasinya sangat menyakiti hati para korban tanpa menunjukkan empati atau kepedulian sama sekali, tutupnya.
Suharyanto meminta maaf
Sebelumnya diketahui, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan bencana alam di Sumatera tidak perlu ditetapkan sebagai bencana nasional. Menurut Katrena, banjir dan tanah longsor di Sumut, Sumbar, dan Aceh masih berada di tingkat provinsi.
Ia menilai bencana di tiga provinsi di Sumatera itu tampak menakutkan karena banyak pemberitaan yang beredar di media sosial. Meski demikian, Suharyanto menyatakan kondisi di lapangan sudah membaik.
“Bencana nasional Indonesia yang ditetapkan hanya Covid-19 dan tsunami Aceh tahun 2004. Sedangkan bencana besar lainnya seperti gempa Palu, NTB, dan Cianjur belum ditetapkan sebagai bencana nasional,” kata Suharyanto dalam konferensi pers, Jumat 28 November 2025.
Namun kali ini Suharyanto meralat ucapannya sembari meminta maaf kepada Bupati Tapanuli Selatan, Sumut, Gus Irawan. Permintaan maaf ini disampaikannya setelah sebelumnya menilai banjir di Tapsel tidak terlalu mengkhawatirkan.
Saya minta maaf, Pak Bupati. “Bukan berarti kami tidak peduli,” kata Suharyanto saat mengunjungi Desa Aek Garoga, Batang Toru, Senin (1/12/2025).
Baca juga: Rekam Jejak Dahsyatnya Semeru: Dari Letusan Tahun 1818 Hingga Letusan Terbaru
Suharyanto mengatakan kunjungannya ke Tapanuli Selatan hingga Tapanuli Utara merupakan bentuk kepedulian. Ia pun memastikan pemerintah ingin membantu masyarakat.
“Kami tentunya hadir di Tapanuli untuk membantu seluruh masyarakat,” ujarnya.
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.






