ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
BANDASAPULUAH.COM – ERA SOEHARTO adalah bagian dari negeri ini, terlepas dari beberapa titik hitam pada masa pemerintahannya, banyak orang yang sadar (atau tidak sadar), bahwa Indonesia di tangan The Smiling General pernah menikmati puncak kejayaan.
IKLAN
GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN
Era keemasan ini tentu saja tidak lepas dari para “asisten presiden”, terutama kiprah orang-orang terdekatnya.
Namun mungkin masih banyak yang belum begitu mengenal sosok Mayjen Soedjono Hoemardani yang merupakan staf pribadi Soeharto yang membidangi keuangan dan perekonomian.
Yang pasti nama ini masih kalah populer dibandingkan nama besar lainnya seperti Harmoko, Jenderal Try Sutrisno, atau Sudwikatmono. Namun menurut sumber, hanya Soedjono yang mendapat izin masuk ke kamar Soeharto, selain ibunda Tien.
Yang lebih mengejutkan lagi, Soedjono juga dikenal sebagai dukun handal dan penasihat spiritual Soeharto. Pengaruhnya terhadap Presiden begitu kuat sehingga para jurnalis memberinya gelar “Rasputin Indonesia”.
Nah, sebelum kita mendalami jenderal ini lebih jauh, mari kita lihat dulu sejarah dan prestasinya, hingga ia menjadi salah satu orang kepercayaan Soeharto.
Awal Karir Militer Soedjono Humardani.
Sejak kecil, Soedjono sudah dekat dengan dunia perekonomian. Setelah lulus dari HIS Surakarta, ia bersekolah di Sekolah Gemeentelijke Handels, sebuah sekolah perdagangan di Semarang.
Setelah tamat sekolah, ia kembali ke Solo dan melanjutkan usaha ayahnya yang merupakan seorang pedagang yang menyuplai berbagai jenis makanan dan pakaian untuk pegawai negeri dan abdi dalem.
Selain itu, ia juga menjalankan fungsi organisasi pergerakan bernama Indonesia Muda, sebagai bendahara.
Di zaman Jepang, di usia muda, ia menjadi fukudanco (wakil komandan) keibodan (asisten polisi). Dari sinilah perkenalannya dengan dunia militer dimulai.
Pada masa revolusi, Soedjono bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan bertugas mengelola sektor ekonomi dan keuangan.
Ia juga mendapat tugas tambahan sebagai kepala keuangan di Badan Bantuan Keluarga Korban Perang (BPKKP) di Solo.
Kariernya di dunia militer diawali dengan pangkat Letnan Dua, karena ia termasuk orang terpelajar, padahal pada masa kemerdekaan, hanya 10 persen dari seluruh masyarakat Indonesia yang bisa membaca.
Pengusaha Umum.
Selama berkarier di militer, ia tidak pernah sekalipun dikenal sebagai perwira tempur, meski ia juga terlibat dalam revolusi kemerdekaan.
Ia yakin tentara tidak hanya akan mengurusi pertempuran, tetapi juga logistik dan administrasi.
Harry Tjan Silalahi dalam buku Soedjono Hoemardani 1918-1986 menyatakan bahwa “Walaupun memantapkan dirinya di lingkungan militer, namun jiwa wirausahanya tidak serta merta hilang, malah memperluas wawasan profesionalnya,”
Perkenalan pertamanya dengan Soeharto terjadi saat Soeharto menjabat Panglima Divisi Diponegoro. Saat itu, Soedjono menjabat sebagai staf administrasi di KODAM Diponegoro, Jawa Tengah.
Meski masih aktif di militer, ia juga memiliki banyak usaha, salah satunya di bidang pelayaran bersama Bob Hasan yang juga merupakan orang dekat Soeharto.
Pada tahun 1969, Soedjono mendapat pangkat Brigjen dengan jabatan Asisten Pribadi Presiden Bidang Ekonomi dan Perdagangan. Meski bukan seorang Menteri, namun ia mempunyai peran penting dalam dunia usaha Indonesia.
Seluruh pengusaha Indonesia yang ingin berbisnis dengan Jepang harus mendapat rekomendasi dari dua orang, yakni dirinya dan Menteri Perekonomian.
Pihak Jepang sendiri lebih mempercayai Soedjono dibandingkan siapapun, karena mereka menganggapnya sebagai “utusan langsung presiden”.
Membawa Liem Soe Liong ke Soeharto.
Saat itu, bersama Suryohadiputro dan Alamsyah Ratuprawiranegara, Soedjono termasuk dalam kelompok jenderal yang sering didatangi para pengusaha, dan mendapat julukan Jenderal Keuangan.
Ia juga dikenal sebagai orang yang mengenalkan konglomerat Liem Soe Liong kepada Soeharto, sehingga Liem akhirnya menjadi sahabat baik Presiden pada masa pemerintahannya.
Menteri Urusan Mistik.
Dengan potongan rambut panjangnya, Soedjono lebih terlihat seperti artis dibandingkan jenderal. Potongannya menyerupai penyanyi rock dan sangat jauh dari iklim.
Mungkin hal ini juga sejalan dengan kesan mistis yang dimilikinya. Jurnalis asing yang tidak paham budaya Jawa kerap terkejut melihat kiprahnya di pemerintahan.
Julukan Rasputin Indonesia pun tidak berlebihan, bahkan ia mendapat julukan lain yakni Menteri Urusan Mistik.
Soedjono kerap menyambut tamu dengan bertelanjang kaki di ruangan yang hanya diterangi cahaya lilin. Seorang jurnalis asing pernah menulis; “Dia (Sudjono) pernah menerima duta besar Barat di ruangan gelap, dengan beberapa barang yang sepertinya mengandung kekuatan gaib bersinar dalam cahaya redup; dia mengenakan semacam kostum Jawa dan berjalan tanpa alas kaki.”
Dukun dan Penasihat Spiritual Soeharto.
Tingkah lakunya yang unik tidak hanya muncul dari sikap “sesuai keinginan”, karena ia juga disebut-sebut dikenal sebagai dukun handal dan penasihat spiritual Soeharto.
Awal mula pertemuan Soedjono dan Soeharto tak jauh dari persoalan mistis. Mereka berdua adalah murid spiritual Soediyat Prawirokoesomo atau lebih dikenal dengan Romo Diyat.
Pendeta Diyat pernah berpesan kepada Soedjono untuk menjaga Soeharto, karena “dia akan menjadi orang hebat suatu saat nanti”.
Namun Soeharto juga kerap membantah bahwa Soedjono adalah guru spiritualnya. Menurutnya, ilmu spiritualnya tak kalah dengan Soedjono. Seperti dikutip dari buku “Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakanku. (1989:441-442)”
“Saya dengar ada yang bilang dia lebih tahu ilmu kebatinan daripada saya, tapi dulu Djono sering ngobrol dengan saya. Dia mengira saya senior yang lebih tahu ilmu kebatinan.”
“Aku mendengarnya hanya untuk membuatnya bahagia, tapi aku tidak memperhitungkan semua yang dia katakan. Aku menganalisis dan memikirkan apakah itu masuk akal atau tidak. Jika masuk akal, masuk akal, maka aku menerimanya.
Pendiri CSIS.
Jangan sampai Soedjono hanya menjadi pengusaha dan dukun. Dibalik gayanya yang eksentrik, ternyata ia juga mempunyai otak strategis yang baik.
Bersama Ali Moertopo, ia merupakan salah satu jenderal yang memprakarsai berdirinya Center for Strategic and International Studies (CSIS), meski perannya tak jauh dari mencari dana untuk menghidupkan kembali lembaga think tank tersebut.
Ia meninggal pada 12 Maret 1986, dimakamkan dalam upacara militer yang disiarkan di TVRI, serta turut hadir ibunda Soeharto dan Tien.
Meski dekat dengan Soeharto, namun tidak ada satu pun keluarganya yang masuk dalam pemerintahan pada era Soeharto. Soedjono mempunyai kakak laki-laki yaitu Sardjono Hoemardani mantan tokoh Partai Murba Jawa Tengah dan juga Soedijono Hoemardani tokoh tari Jawa Tengah.
Satu-satunya di keluarganya yang terjun ke dunia politik dengan jabatan baik adalah menantunya, yakni mantan Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo.
Sejarah selalu mencatat orang-orang hebat di antara orang-orang hebat. Meski nama Soedjono Hoemardani tak setenar aktor sejarah lainnya, namun perannya di era Soeharto terbukti sangat berpengaruh, terutama dalam bidang yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Konten di atas dibuat oleh pihak ketiga. bandasapuluah.com tidak bertanggung jawab atas isi maupun akibat yang ditimbulkan oleh konten ini.





Gambar:
Gambar: